Rabu, 01 April 2015

Abu Bakar Ash-Shiddiq Memerangi Kaum Murtad.


Abu Bakar Ash-Shiddiq Memerangi Kaum Murtad.

Ketika Rasulullah SAW wafat, orang-orang ‘Arab kembali murtad, kecuali penduduk dua masjid, Makkah dan Madinah. Adapun qabilah Asad dan Ghathafan telah murtad di bawah pimpinan Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadiy, seorang dukun, dan murtad pula suku Kindah dan sekutunya di bawah pimpinan Al-‘Asy’ats bin Qais Al-Kindiy. Kemudian diikuti oleh suku Mudzhij dan sekutunya di bawah pimpinan Al-Aswad bin Ka’ab Al-‘Ansiy seorang dukun. Demikian pula dengan suku Rabi’ah di bawah pimpinan Al-Ma’ruur bin Nu’maan bin Mundzir. Adapun Bani Hanifah masih tetap di bawah pimpinan Musailamah bin Habib Al-Kadzdzaab. Kemudian murtad pula bani Sulaim di bawah pimpinan Al-Fuja’ah, yang nama aslinya Anas (Iyas) bin ‘Abdullah bin Abdi Yaalil. Adapun bani Tamim mereka murtad di bawah komando Sajah, seorang wanita dukun. Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :

Al-Qashim bin Muhammad berkata, “Bani Asad, Ghathafan dan Thayyi’ bersatu di bawah pimpinan Thulaihah Al-Aswad dan mereka mengirim duta ke Madinah, mereka berhenti tepat di tengah kerumunan orang. Mereka diterima orang banyak, kecuali ‘Abbas, kemudian mereka dibawa kepada Abu Bakar, kemudian menyatakan pernyataan mereka untuk tetap menegakkan shalat, tetapi tidak membayar zakat. Namun Allah mengilhamkan kebenaran kepada Abu Bakar, ia berkata, “Seandainya mereka menolak membayar zakat kepadaku, pasti aku akan perangi mereka”. Kemudian Abu Bakar menyuruh mereka untuk pulang, lalu mereka kembali ke qabilah masing-masing. Mereka lalu membawa berita kepada kaum masing-masing bahwa penduduk kota Madinah jumlahnya hanya sedikit sambil berusaha meyaqinkan mereka bahwa kota Madinah mudah direbut. Kemudian Abu Bakar segera membuat posko-posko keamanan di setiap perbatasan kota Madinah, dan mewajibkan seluruh penduduk Madinah untuk menghadiri jama’ah di masjid. Beliau berkata, “Sesungguhnya sekarang bumi ini dipenuhi orang kafir dan mereka melihat bahwa jumlah kalian hanya sedikit dan kalian tidak tahu bahwa mereka akan menyerbu siang maupun malam. Musuh yang paling dekat dari kalian sekarang sejauh satu barid. (Mereka) ingin agar kita membiarkan mereka dan menerima persyaratan mereka. Namun secara tegas keingingan mereka kita tolak. Oleh karena itu bersiap-siaplah dan persiapkan diri kalian. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 704]
“Maka tidak lama kemudian, tepatnya setelah tiga hari, mereka dating menyerbu kota Madinah, sementara sebagian dari pasukan mereka ditinggalkan di Dzu Husay, bersiap-siap untuk membantu mereka”. Kemudian para penjaga keamanan yang ditugaskan oleh Abu Bakar memberitahukan kepada Abu Bakar bahwa musuh telah menyerang. Maka Abu Bakar memerintahkan agar mereka tetap berada di tempat. Kemudian Abu Bakar keluar membawa seluruh jama’ah masjid untuk menyerbu mereka, maka musuh-musuh lari kocar-kacir, lalu kaum muslimin mengejar mereka dengan naik unta, kemudian ketika mereka sampai di Dzi Husay
pasukan yang disiapkan sebagai bala bantuan tadi datang menyerbu, namun jumlah kaum muslimin lebih banyak, sehingga memenangkan pertempuran.
10. Abu Bakar memerangi kaum murtad di sekitar Madinah.

Pada bulan Jumadil akhir tahun 11 H, Abu Bakar dengan penduduk Madinah dan para pimpinan di perbatasan berangkat menyerbu orangorang ‘Arab di pegunungan yang murtad di sekitar Madinah atau ikut membantu musuh yang sebelumnya menyerang Madinah. Ketika pasukan Abu Bakar bertemu dengan musuh yang berasal dari Bani ‘Abs, Bani Murrah, Dzubyaan dan yang ikut bersama mereka dari Bani Kinanah, datang pula bala bantuan musuh dari Thulaihah bersama anaknya (ada yang mengatakan keponakannya) yang bersama Hibal. Ketika dua pasukan ini bertemu, musuh berhasil membuat tipu daya dengan membuat suara-suara yang ditiup dari atas gunung yang membuat unta-unta pasukan Abu Bakar lari kocar-kacir ketika mendengarnya, maka hingga malam hari mereka belum dapat ditumpas, dan akhirnya pasukan kaum muslimin
kembali ke Madinah. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 705]

Setelah kejadian ini musuh menganggap bahwa kaum muslimin sudah lemah. Mereka lalu mengirim utusan kepada suku-suku mereka agar mendatangkan bala bantuan dari arah lain. Maka merekapun mulai berkumpul. Malam itu Abu Bakar dalam keadaan siaga sambil memberi pengarahan dan motivasi kepada kaum muslimin. Di akhir malam, beliau keluar dengan membawa seluruh pasukan untuk menyerbu musuh. Di sayap kanan pasukan dipimpin oleh An-Nu’maan bin Muqarrin, di sayap kiri berdiri saudaranya ‘Abdullah bin Muqarrin. Dan di garis tengah pasukan dipimpin oleh Suwaid bin Muqarrin. Ketika fajar terbit kedua pasukan telah bertemu, musuh tidak menyadari kedatangan kaum muslimin sedikitpun, hingga pedang-pedang kaum muslimin menyerang mereka. Dan ketika matahari terbit, mereka lari tunggang-langgang sambil dihujani anak panah kaum
muslimin dari belakang. Dalam peperangan ini Hibal terbunuh, dan Abu Bakar mengejar mereka hingga sampai di Dzu Qashshah. Dan inilah awal  kemenangan. Orang-orang musyrikin dihinakan dan kaum muslimin menjadi mulia dan disegani.
Sebelumnya Banu Dzubyaan dan ‘Abs telah menyerang kaum muslimn dan membunuhnya, begitu pula pasukan yang menyertai mereka di belakang juga ikut berbuat hal yang sama. Maka Abu Bakar berjanji akan membunuh setiap suku sebanyak mereka membunuh jiwa kaum muslimin, dan bahkan lebih. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 705]

Peperangan ini merupakan sebesar-besar pertolongan atas kemenangan Islam dan kaum muslimin. Dengan peperangan ini kaum muslimin disegani di setiap qabilah ‘Arab, dan orang-orang kafir di setiap qabilah menjadi hina dina. Akhirnya Abu Bakar kembali ke Madinah dengan selamat dan membawa kemenangan dan harta rampasan perang. Pada malam harinya mulai berdatangan ke Madinah zakat yang diserahkan oleh ‘Adiy bin Hatim, Shafwan, dan Az-Zibriqan. Utusan pertama datang di awwal malam, kedua di tengah malam dan yang ketiga di akhir malam. Dan berita gembira ini dibawa oleh pimpinan posko keamanan yang berada di perbatasan. Orang yang membawa berita kedatangan Shafwan adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, dan orang yang membawa berita kedatangan Az- Zibriqan adalah ‘Abdur Rahman bin ‘auf, dan orang yang memberitakan kedatangan ‘Adiy bin Hatim adalah ‘Abdullah bin Mas’ud (ada yang mengatakan Abu Qatadah Al-Anshariy). Peristiwa ini terjadi tepatnya enam puluh malam setelah wafatnya Rasulullah SAW. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 706]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar