Rabu, 01 April 2015

Tokoh Kafir Quraisy Menaruh Perut Unta yang Penuh Kotoran


Tokoh  Kafir Quraisy Menaruh Perut Unta yang Penuh Kotoran
Di Atas Pundak Nabi SAW Dan Pertolongan Abul Bakhtari Terhadap Beliau
Dari Abdullah bin Mas’ud RA. berkata,” Ketika Rasulullah SAW sedang berada di Masjidil Haram. Dan saat itu juga Abu Jahal bin Hisyam, Syaibah dan Utbah bin Rabi’ah, uqbah bin Abi Mu’aith, Umayah bin Khalaf dan dua orang Quraisy lainya yan kesemuanya berjumlah tujuh orang sedang berada dekat Hijir (samping Ka’bah). Pada saat itu Rasulullah SAW sedang mengerjakan shalat. Ketika sujud, beliau memanjangkan sujudnya. Abu Jahal berkata:                  ” Siapakah diantara kalian yang bersedia pergi ke suatu tempat si fulan untuk mengambil perut unta yang masih penuh kotoran supaya kotoran itu dapat kita tumpahkan kepada Muhammad ketika dia sedang sujud ?”. Maka berangkatlah orang yang paling jahat diantara mereka yaitu Uqbah bin Abi Mu’aith, sebentar kemudian ia kembali dengan membawa kotoran dalam perut unta.lalu perut unta itu ia letakkan di kedua pundak Nabi SAW pada saat beliau sedang sujud. Ibnu Mas’ud berkata:”  Ketika itu aku langsung berdiri, aku tidak bisa berkata apa-apa karena aku orang lemah dan tidak ada seorangpun yang membantuku, lalu aku pergi”. Ketika Fatimah putri Rasulullah SAW mendengar kejadian itu, maka dia segera mendatangi Nabi SAW lalu mengangkat kotoran itu dari pundak beliau dan melemparkannya. Setelah itu, dia menghadap orang-orag Quraisy sambil mencai maki mereka, sedang caciannya itu tidak dibalas sedkitpun oleh mereka. Setelah Nabi SAW bangkit dari sujud dan menyelesaikan shalatnya, maka beliau berdo’a:” Ya Allah azablah kaum Quraisy!” – beliau ucapkan do’a tersebut tiga kali – “ Ya Allah azablah Utbah, Uqbah, Abu Jahal dan Syuaibah!”. Kemudian beliau pun meninggakan Masjidi Haram. Diperjalanan beliau bertemu dengan Abul Bakhtari yang ketika itu sedang memegang cemeti. Ketika dia menatap wajah Nabi SAW, tampak olehnya wajah beliau tidak seperti biasa ( yang mana biasanya wajah beliau ceria dan manis, tetapi sekarang tampak murung), maka dia bertanya:” Apa yang telah terjadi padamu?” Nabi SAW menjawab:” Tidak ada apa-apa, biarkanlah aku berjalan”. Abul Bakhtari berkata:” Allah Maha Tahu, aku tidak akan membiarkan engkau berjalan sebelum memberitaukan apa yang sebenarnya telah terjadi padamu (sehingga engkau murung)”. Setelah beliau mengetahui bahwa Abul Bakhtari tidak akan membiarkan beliau pergi, maka dengan terpaksa beliau memberitahuka kepadanya,” Sesungguhnya Abu Jahal telah menyuruh orang-orang  untuk meletakkan perut unta yang penuh kotoran di atas bahuku”.
Mendengar hal itu, Abul Bakhtari berkata:” Mari kita kembali ke Masjid!”. Lalu Nabi SAW bersama Abul Bakhtari kembali ke Masjid. Setibanya di Masjid, Abul Bakhtari memanggil Abu Jahal dan berkata kepadanya:” Wahai Abul Hakam! Apakah kamu telah memerintahkan supaya menaruh perut unta yan penuh kotoran di atas bahu Muhammad?”. Abu Jahal menjawab:” ya”. Kemudian Abul Bakhtari mengangkat cemetinya dan langsung dipukulkan ke kepala Abu Jahal. Kawan-kawan Abu Jahal berdatangan hendak membelanya, tetapi Abu Jahal berteriak kepada mereka:” Wahai kawan-kawanku, biarkanlah! Pukulan Abu Bakhtari telah aku maafkan. Dia lakukan itu semata-mata untuk membela Muhammad. Muhammad ingin membuat permusuhan di antara kita dan dia ingin menyelamatkan dirinya dan para shahabatnya”. ( Hr. Al Bazzar dan Thabrani. Al Haitsami berkata dalam kitabnya jilid VI halaman 18, “Di dalam sanadnya terdapat Ajlah bin Abdullah al Kindi”. Menurut Ibnu Ma’in dan lainnya, dia adalah perawi yang tsiqat. Sedangkan an Nasai dan lainya mendhoi’ifkannya)
Kisah di atas diriwayatkan pula  oleh Abu Nu’aim dalam kitab Dalaa’ilun Nubuwwah halaman 90. Sedangkan Syaikhani, Tirmidzi dan lainnya meriwayatkan kisah Abul bakhtari ini secara ringkas. Dalam  matan yang shahih (dalam al Bukhari) disebutkan: “ setelah mereka meletakkan kotoran unta di atas bahu Rasulullah SAW, mereka tertawa terbahak-bahak, sehingga mereka satu sama lain saling berjatuhan.” Menurut riwayat Ahmad, Abdullah berkata, “Aku melihat ketujuh orang kafir tersebut semuanya tewas dalam peperang Badar”. (Demikian disebutkan dalam kitab al Bidayah jilid III halaman 44).

1 komentar: