Rabu, 01 April 2015

Dakwah Nabi Muhammad SAW. dalam Al Qur’an



Dakwah Nabi Muhammad SAW. dalam Al Qur’an

Allah mengabadikan di dalam Al-Qur’an bagaimana makar orang-orang kafir kepada Nabi SAW

Firman Allah SWT.
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu, dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (QS. Al Anfal 30)

Ayat tersebut termasuk ayat Madaniyah yang menceritakan kejadian bagaimana romantika perjuangan Nabi di fase Makkiyah. Orang-orang kafir membuat makar (rencana jahat) dengan berkumpul di Darun-Nadwah (Balai pertemuan). Salah seorang yang hadir di pertemuan tersebut berkata: ”Masukkan saja di penjara dan ikatlah kaki tangannya sampai mati”. Sedang yang lainnya berkata: “Usir saja dari tanah kita, agar supaya kita dapat bebas dan leluasa dari gangguan dan ucapannya”. Abu Jahal berkata: “Kamu ambil dari tiap kabilah seorang pemuda yang kuat gagah berani masing-masing dibekali pedang yang tajam dan ditugaskan mencincang Muhammad bersama-sama, sehingga pertangung jawabannya terbagi ke segala kabilah. Aku yakin bahwa Bani Hasyim tidak akan mampu melawan semua kabilah tsb”.
Kenapa mereka sedemikian rupa sibuk memusuhi (menangkap, membunuh dan mengusir) Nabi, padahal Nabi seorang yang santun, baik, Al-amin (terpercaya), berasal dari suku terhormat?. Apakah Nabi melarikan harta benda mereka? Apakah nabi seorang penipu? Bahkan mereka mempercayai Nabi dengan menitipkan barang-barangnya. Aktivitas apa yang dikerjakan Nabi sehingga mereka sangat memusuhi Nabi? Tidak lain karena nabi berdakwah kepada mereka. Apakah hal tersebut bukan Jihad? Jadi betul-betul tampak gambaran bahwa di dalam aktifitas dakwah penuh suasana jihad.
Lebih lagi beratnya apa yang dirasakan Nabi SAW sebagaimana QS Al-An’am 33-34
33. Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (Wahai Muhammad), (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah
34. Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) Rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita Rasul-rasul itu. (QS. Al-An’am 33 – 34).

          Kalau diterjemahkan secara bebas seolah Allah berkata:”Wahai NabiKU, Aku tahu apa yang menyakitkan hatimu. Sesungguhnya mereka tidak mendustakan kamu, tetapi hawa nafsu mereka yang belum sanggup menerima seruanmu, maka kamu yang dijadikan sasaran. Padahal sebelum beliau berdakwah, mereka mengenal Nabi sebagai pribadi yang Al-Amin tetapi sesudah berdakwah mereka menuduh Nabi sebagai seorang yang “Majnun = gila, Saahir = penyihir, Mashuur = orang yang terkena sihir”.

Nabi adalah seorang penyabar (nampak dalam riwayat tentang Zaid bin Su’nah seorang pendeta Yahudi yang ingin menguji kebenaran Nabi), penyantun, pemaaf, lapang dada, tetapi beliau sesak dadanya karena ucapan mereka yang serba menghina, melecehkan, memojokkan, mencemooh, menjatuhkan martabat di luar batas kemanusiaan sehingga Allah perlu sampai menurunkan ayat 33 & 34 Al-An’am tsb sebagai obat panawar dan penghibur serta membesarkan hati Nabi.

QS Al-Insyirah 1-4.
1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,
2. dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
3. yang memberatkan punggungmu?
4. dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu,

Sesaknya hati Nabi bukan karena orang tidak mau ikut atau bukan karena Nabi adalah seorang yang sempit dadanya dan mudah tersinggung, tetapi Nabi orang yang lapang dada, pemaaf (sebagaimana nampak sikap Nabi di dalam menghadapi perlakuan orang-orang Thoif). Tetapi sesaknya hati Nabi karena sikap keterlaluan mereka terhadap Nabi ketika berdakwah. Apa itu bukan jihad? Kalau bukan Jihad dalam arti kata yang benar, lalu apa namanya?. (Lihat arti jihad yang sebenarnya yang telah disebutkan pada hlm. 10).
Setelah segala cara telah ditempuh orang kafir dan tidak membuahkan hasil maka mereka sepakat memboikot Nabi dengan Bani Hasyim, dan Bani Abdul Mutholib di celah bukit milik Abu Tholib pada bulan Muharam tahun ke-7 kenabian (selama dua tahun). Hal ini menyebabkan bahan makanan dan persediaan makanan pun habis, sementara kaum musyrikin tidak membiarkan makanan apapun yang masuk ke Mekkah atau dijual kecuali mereka segera memborongnya. Tindakan tersebut membuat kondisi Nabi dan orang-orang yang diboikot bersama beliau memakan dedaunan dan kulit-kulit, kaum wanita menjerit dan bayi-bayi menangis mengerang kelaparan. Kenapa hal ini semua terjadi? Tidak lain karena Nabi SAW berdakwah. Apa ini bukan jihad?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar