Dakwah
Nabi Muhammad SAW. dalam Al Qur’an
Allah mengabadikan di dalam Al-Qur’an bagaimana makar orang-orang
kafir kepada Nabi SAW
Firman Allah SWT.
Dan (ingatlah), ketika
orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap
dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu
daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu, dan Allah sebaik-baik pembalas tipu
daya. (QS. Al Anfal 30)
Ayat tersebut
termasuk ayat Madaniyah yang menceritakan kejadian bagaimana romantika
perjuangan Nabi di fase Makkiyah.
Orang-orang kafir membuat makar (rencana jahat) dengan berkumpul di
Darun-Nadwah (Balai pertemuan). Salah seorang yang hadir di pertemuan
tersebut berkata: ”Masukkan saja di penjara dan ikatlah kaki tangannya sampai
mati”. Sedang yang lainnya berkata:
“Usir saja dari tanah kita, agar supaya kita dapat bebas dan leluasa dari
gangguan dan ucapannya”. Abu Jahal berkata: “Kamu ambil dari tiap kabilah
seorang pemuda yang kuat gagah berani masing-masing dibekali pedang yang tajam
dan ditugaskan mencincang Muhammad bersama-sama, sehingga pertangung jawabannya
terbagi ke segala kabilah. Aku yakin bahwa Bani Hasyim tidak akan mampu melawan
semua kabilah tsb”.
Kenapa mereka
sedemikian rupa sibuk memusuhi (menangkap, membunuh dan mengusir) Nabi, padahal
Nabi seorang yang santun, baik, Al-amin (terpercaya), berasal dari suku
terhormat?. Apakah Nabi melarikan harta benda mereka? Apakah nabi seorang
penipu? Bahkan mereka mempercayai Nabi dengan menitipkan barang-barangnya. Aktivitas apa yang dikerjakan Nabi sehingga mereka sangat
memusuhi Nabi? Tidak lain karena nabi
berdakwah kepada mereka. Apakah hal tersebut bukan Jihad? Jadi betul-betul
tampak gambaran bahwa di dalam aktifitas
dakwah penuh suasana jihad.
Lebih lagi
beratnya apa yang dirasakan Nabi SAW sebagaimana QS Al-An’am 33-34
33. Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya
apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (Wahai Muhammad), (janganlah
kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan
tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah
34. Dan sesungguhnya telah
didustakan (pula) Rasul-rasul
sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan
(yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah
kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian
dari berita Rasul-rasul
itu. (QS. Al-An’am 33 – 34).
Kalau
diterjemahkan secara bebas seolah Allah berkata:”Wahai NabiKU, Aku tahu apa
yang menyakitkan hatimu. Sesungguhnya mereka tidak mendustakan kamu, tetapi
hawa nafsu mereka yang belum sanggup menerima seruanmu, maka kamu yang
dijadikan sasaran. Padahal sebelum beliau berdakwah, mereka mengenal Nabi
sebagai pribadi yang Al-Amin tetapi sesudah berdakwah mereka menuduh Nabi
sebagai seorang yang “Majnun = gila, Saahir = penyihir, Mashuur = orang yang
terkena sihir”.
Nabi adalah
seorang penyabar (nampak dalam riwayat tentang Zaid bin Su’nah seorang pendeta
Yahudi yang ingin menguji kebenaran Nabi), penyantun, pemaaf, lapang dada,
tetapi beliau sesak dadanya karena ucapan mereka yang serba menghina,
melecehkan, memojokkan, mencemooh, menjatuhkan martabat di luar batas
kemanusiaan sehingga Allah perlu sampai menurunkan ayat 33 & 34 Al-An’am
tsb sebagai obat panawar dan penghibur serta membesarkan hati Nabi.
QS Al-Insyirah 1-4.
1.
Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,
2. dan
Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
3. yang
memberatkan punggungmu?
4. dan
Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu,
Sesaknya hati Nabi bukan karena orang tidak
mau ikut atau bukan karena Nabi adalah seorang yang sempit dadanya dan mudah
tersinggung, tetapi Nabi orang yang lapang dada, pemaaf (sebagaimana nampak sikap Nabi di dalam
menghadapi perlakuan orang-orang
Thoif). Tetapi
sesaknya hati Nabi karena sikap
keterlaluan mereka terhadap Nabi ketika berdakwah. Apa itu bukan jihad?
Kalau bukan Jihad dalam arti kata yang benar, lalu apa namanya?. (Lihat arti
jihad yang sebenarnya yang telah disebutkan pada hlm. 10).
Setelah
segala cara telah ditempuh orang kafir dan tidak membuahkan hasil maka mereka
sepakat memboikot Nabi dengan Bani Hasyim, dan Bani Abdul Mutholib di celah
bukit milik Abu Tholib pada bulan Muharam tahun ke-7 kenabian (selama dua
tahun). Hal ini menyebabkan bahan makanan dan persediaan makanan pun habis,
sementara kaum musyrikin tidak membiarkan makanan apapun yang masuk ke Mekkah
atau dijual kecuali mereka segera memborongnya. Tindakan tersebut membuat
kondisi Nabi dan orang-orang yang diboikot bersama beliau memakan dedaunan dan
kulit-kulit, kaum wanita menjerit dan bayi-bayi menangis mengerang kelaparan.
Kenapa hal ini semua terjadi? Tidak lain karena Nabi SAW berdakwah. Apa ini
bukan jihad?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar