Haji
Wada’
Haji
Perpisahan Rasulullah SAW
Sejarah Haji Wada' - Haji
Perpisahan Rasulullah SAW- Pada hari Sabtu, tepatnya 25 Dzulqoidah 10 H,
Rasulullah mengumumkan niatnya untuk melaksanakan haji mabrur. Haji ini di
kenal oleh kaum muslimin dari seluruh dunia dengan Haji Wada' atau Haji
perpisahan. Pada hari itu Rasulullah bersama 90.000 kaum muslimin melakukan
perjalanan menuju Mekkah.
Sejarah Haji Wada' - Haji
Perpisahan Rasulullah SAW
PERSIAPAN KEBERANGKATAN KE MEKKAH
Imam Muslim meriwayatkan dengan
sanadnya dari Jabir ra, ia berkata: ”Selama
9 tahun tinggal di Madinah Munawwarah, Nabi Muhammad SAW belum melaksanakan
Haji. Kemudian pada tahun kesepuluh beliau mengumumkan hendak melakukan haji.
Maka berduyun-duyun orang datang ke Madinah, semuanya ingin mengikuti
Rasulullah saw dan mengamalkan ibadah Haji sebagaimana amalan beliau.”
Tahun kesebelas Hijrah, haji
pertama Rasulullah dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musyrik pun yang ikut
didalamnya, Untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di
Madinah dan sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan
sekaligus inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah. Dalam perjalanan
ke Mekkah, Rasulullah bersama istri-istrinya menginap semalam di Dzi al-Hulaifah.
Dini hari sampai Shubuh, beliau dan pengikutnya melakukan ihram dan berjalan
sambil mengucapkan “Labbaik, Allahumma labaik… Labbaik, la syarika laka
labbaik!” Aku datang memenuhi panggilanmu, Allahumma, ya Allah, aku datang
memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu…Labbaik, aku datang memenuhi
panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan, dan kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada
sekutu bagi-Mu… Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu. “
Jabir berkata: “
“Setelah onta yang membawanya
sampai di lapangan besar aku lihat sejauh pandangan mata lautan manusia
mengitari Rasulullah saw, di depan , belakang, sebelah kiri dan kanan beliau.
Rasulullah sendiri berada di hadapan kami dan di saat itu pula beliau menerima
wahyu.”
Hingga hari itu, belum pernah
menyaksikan pemandangan di muka bumi seperti yang ada pada saat itu. Lebih dari
100.000 orang, laki-laki dan perempuan dibawah sengatan Matahari yang amat
terik dan di padang pasir yang sebelumnya tak pernah dikenal orang bergerak
menuju satu arah.
Ada perbedaan pendapat di kalangan
para perawi. Ahlul Madinah berpendapat bahwa Nabi saw melaksanakan haji ifrad,
sedangkan yang lainnya berpendapat bahwa beliau melakukan haji Qiran.
PERJALANAN SAMPAI DI MAKKAH
Rasulullah saw memasuki kota
Mekkah dari bagian atas dari jalan Kada‘ hingga tiba di pintu Banu Syaibah.
Ketika melihat Ka‘bah beliau mengucapkan do‘a:
“Ya Allah tambahkanlah kemuliaan,
keagungan, kehormatan, dan kewibawaan kepada rumah ini. Tambahkanlah pula
kemuliaan, kehormatan, kewibawaan, keagungan dan kebajikan kepada orang yang
mengagungkannya di antara orang-orang yang mengerjakan haji dan umrah.”
Sampai di Mekkah, Rasulullah
bergegas menuju Masjidil Haram. Di sanalah beliau melaksanakan ibadah thawaf,
sa’i, seraya berdoa di Bukit Mekkah. Selesai itu, beliau berkhutbah di Padang
Arafah di hadapan seratus ribu lebih pengikutnya dari Madinah dan Mekkah.
KHUTBAH RASULULLAH DI PADANG
ARAFAH
Di padang arafah, saat akan mulai
berkhutbah, puji-pujian dan shalawat mengaung indah ketika Rasulullah akan
berdiri untuk memulai khutbahnya. Dihadapan sekitar 100.000 lebih umat islam
yang melaksanakan ibadah haji, Rasulullah menyampaikan khutbah yang intinya
berupa pesan–pesan beliau kepada umat islam serta tidak ada yang dapat
membedakan manusia kecuali hanya taqwanya.
“Wahai umat manusia, dengarkanlah
yang akan aku katakan di sini. Mungkin saja setelah tahun ini, aku tidak akan
bertemu lagi dengan kalian di tempat ini, untuk selamanya.”
Mendengar ucapan Rasulullah,
sebagian pengikutnya terheran-heran, sebagian lagi tertunduk sedih, sebagian
lagi terdiam karena penasaran menanti perkataan Rasulullah selanjutnya. Saat
berkumpulnya pengikutnya mengitari Rasulullah di Padang Arafah ini, umat Islam
kemudian mengenalnya dengan peristiwa wuquf. Jadi, tak heran orang yang
menuaikan ibadah wuquf, biasanya terkenang dengan khutbah Rasulullah.
Karena Haji Wada’ disebut juga
Haji Perpisahan atau Terakhir bagi Rasulullah, kaum Muslim yang berada di
Arafah kala itu, begitu seksama mendengar khutbah Rasulullah. Mereka ingin
semua pesan yang disampaikan beliau terserap dalam hati sanubari sebagai bekal
di kemudian hari. Apalagi Rasulullah dalam kata sambutan khutbahnya
mengingatkan dirinya kemungkinan tak akan bertemu lagi dengan mereka setahun
lagi.
Rasulullah berkata,”Tahukah
kalian, bulan apa ini?”
Mereka serentak menjawab, ”Bulan
Haram!”
Rasulullah mengulangi lagi
kalimatnya,,,
“Wahai manusia, dengarkanlah apa
yang hendak kukatakan. Mungkin sehabis tahun ini, aku tidak akan bertemu lagi
dengan kalian di tempat ini untuk selama-lamanya.. Hai manusia, sesungguhnya
darah dan harta benda kalian adalah suci bagi kalian (yakni tidak boleh dinodai
oleh siapapun juga) seperti hari dan bulan suci sekarang ini di negeri kalian
ini. Ketahuilah, sesungguhnya segala bentuk perilaku dan tindakan jahiliyah tidak
boleh berlaku lagi. Tindakan menuntut balas atas kematian seseorang sebagaimana
yang berlaku di masa jahiliyah juga tidak boleh berlaku lagi. Tindak pembalasan
jahiliyah seperti itu pertama kali kunyatakan tidak berlaku ialah tindakan
pembalasan atas kematian Ibnu Rabi‘ bin al Harits.
Riba jahiliyah tidak berlaku, dan
riba yang pertama kunyatakan tidak berlaku adalah riba Abbas bin Abdul
Muthalib. Sesungguhnya segala macam riba tidak boleh berlaku lagi..
Hai manusia, di negeri kalian ini,
setan sudah putus harapan sama sekali untuk dapat disembah lagi. Akan tetapi
masih menginginkan selain itu. Ia akan merasa puas bila kalian melakukan
perbuatan yang rendah. Karena itu hendaklah kalian jaga baik-baik agama kalian
!
Hai manusia sesungguhnya menunda
berlakunya bulan suci akan menambah besarnya kekufuran. Dengan itulah
orang-orang kafir menjadi tersesat. Pada tahun yang satu mereka langgar dan
pada tahun yang lain mereka sucikan untuk disesuaikan dengan hitungan yang
telah ditetapkan kesuciannya oleh Allah. Kemudian mereka menghalalkan apa yang
diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah.
Sesungguhnya jaman berputar
seperti keadaannya pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun
adalah dua belas bulan. Empat bulan diantaranya adlaah bulan-bulan suci. Tiga
bulan berturut-turut : Dzul Qa‘dah, Dzul Hijjah, dan Muharram. Bulan Rajab
adalah antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya‘ban…“
Takutlah Allah dalam memperlakukan
kaum wanita, karena kalian mengambil mereka sebagai amanat Allah dan kehormatan
mereka dihalalkan bagi kalian dengan nama Allah. Sesungguhnya kalian mempunyai
hak atas para istri kalian dan mereka pun mempunyai hak atas kalian. Hak kalian
atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang tidak
kalian sukai ke dalam rumah kalian. Jika mereka melakukan hal itu maka pukullah
mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Sedangkan hak mereka atas kalian
ialah kalian harus memberi nafkah dan pakaian kepada mereka secara baik.
Maka perhatikanlah perkataanku
itu, wahai manusia, sesungguhnya aku telah sampaikan. Aku tinggalkan sesuatu
kepada kalian, yang jika kalian pegang teguh, kalian tidak akan tersesat
selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.
Wahai manusia, dengarkanlah
taatlah sekalipun kalian diperintah oleh seorang hamba sahaya dari Habasyah
yang berhidung gruwung, selama ia menjalankan Kitabullah kepada kalian.
Berlaku baiklah kepada para budak
kalian.. berilah mereka makan apa yang kalian makan dan berilah pakaian dari
jenis pakaian yang sama dengan kalian pakai. Jika mereka melakukan sesuatu
kesalahan yang tidak bisa kalian ma‘afkan maka juallah hambah-hamba Allah itu
dan janganlah kalian menyiksa mereka.
Wahai manusia, dengarkanlah
perkataanku dan perhatikanlah! Kalian tahu bahwa setiap orang Muslim adalah
saudara bagi orang-orang Muslim yang lain, dan semua kaum Muslimin adalah
saudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu dari saudaranya kecuali
yang telah diberikan kepadanya dengan senang hati, karena itu janganlah kalian
menganiaya diri sendiri..
Ya Allah sudahkah kusampaikan?
Kalian akan menemui Allah maka
janganlah kalian kembali sesudahku menjadi sesat, sebagian kalian memukul
tengkuk sebagian yang lain. Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang
tidak hadir, barangkali sebagian orang yang menerima kabar (tidak langsung)
lebih mengerti daripada orang yang mendengarkannya (secara langsung). Kalian
akan ditanya tentang aku maka apakah yang hendak kalian katakan?”
Kaum Muslimin menjawab:
“Kami bersaksi bahwa engkau telah
menyampaikan (risalah), telah menunaikan dan memberi nasehat.“ Kemudian seraya
menunjuk ke arah langit dengan jari telunjuknya,”
Rasulullah saw bersabda: “Ya
Allah, saksikanlah, saksikanlah, saksikanlah”
KEBERANGKATAN RASULULLAH KE
MUZDALIFAH DAN MINA
HAJ/ARAFAT Nabi saw tetap tinggal
di Arafah hingga terbenam matahari. Pada saat terbenam matahari itu Nabi saw
berserta orang-orang yang menyertainya berangkat ke Muzdalifah. Seraya
memberikan isyarat dengan tangan kanannya beliau bersabda: “Wahai manusia,
harap tenang, harap tenang!“.
Kemudian beliau menjama‘ takhir
shalat maghrib dan Isya‘ di Muzdalifah kemudian sebelum terbit matahari beliau
berangkat ke Mina, lalu melontar Jumratul Aqabah dengan tujuh batu kecil seraya
bertakbir di setiap lontaran. Setelah itu beliau pergi ke tempat penyembelihan
lalu menyembelih 63 binatang sembelihan (budnah). Kemudian beliau menyerahkan
kepada Ali untuk menyembelih sisanya sampai genap 100 sembelihan. Setelah itu
beliau naik kendaraannya berangkat ke Ka‘bah (ifadhah) lalu shalat dhuhur di
Mekkah, dan pergi mendatangi Banu Abdul Muthalib yang sedang mengambil air
Zamzam lalu bersabda:
“Timbalah wahai banu Abdul
Muthalib, kalaulah tidak karena orang-orang berebut bersama kalian, niscaya aku
menimba bersama kalian.“
Kemudian mereka memberikan setimba
air kepadanya dan beliaupun minum darinya. Akhirnya Nabi saw berangkat kembali
ke Madinah.
WAHYU TERAKHIR
Pada haji wada’ ini, Allah SWT
menurunkan wahyu – Nya yang terakhir kepada Rasulullah, yaitu surat Al – Maidah
ayat 3 :
Artinya :” pada hari ini telah Aku
sempurnakan untukmu agamamu dan Aku telah melengkapkan kenikmatan – kenikmatan
kepadamu dan telah Aku ridhai islam untuk menjadi agama bagimu ( Al – Maidah )
Dengan turunnya ayat ini, maka
wahyu – wahyu Allah yang di turunkan guna menjadi tuntunan hidup manusia telah
sempurna. Wahyu yang terhimpun dalam kitab suci Al – Qur’an terdiri dari 30 juz
114 surat dan 6666 ayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar