Senin, 06 April 2015

Zaid bin Sun’ah Masuk Islam


Zaid bin Sun’ah Masuk Islam
          Diriwayatkan oleh Thabrani dari Abdullah bin Salam RA menceritakan, “Sesungguhnya Allah SWT. ketika ingin memberikan hidayah kepada Zaid bin Sun’ah, maka Zaid berkata, “Semua tanda kenabian sudah aku ketahui di wajah Muhammad SAW, kecuali ada dua hal yang belum aku ketahui: pertama, kesabarannya melebihi tindakan bodohnya (kemarahannya); kedua, semakin dimarahi, dia akan semakin bersabar. Maka pada suatu hari Rasulullah SAW keluar rumahnya ditemani Ali bin Abi Thalib RA. Tiba-tiba seorang dengan menaiki kendaraannya datang kepada beliau SAW sambil berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai banyak kawan di kampung bani fulan yang mana mereka semua telah memeluk Islam, sedangkan sebelumnya aku pernah mengatakan pada mereka bahwa jika mereka masuk Islam, mereka akan mendapatkan rizki yang berlimpah ruah. Namun kenyataannya, sudah setahun ini mereka ditimpa kelaparan dan kekeringan. Aku takut kalau-kalau mereka akan keluar dari Islam, karena dulu mereka masuk Islam dengan satu harapan, aku takut mereka akan keluar dari Islam karena satu-satunya harapan mereka sekarang tidak tercapai. Apabila engkau bersedia membantu mereka dengan bantuan makanan, aku bersedia membawanya.” Maka Nabi SAW menoleh kepada Ali RA, lalu Ali RA berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, tidak ada makanan yang tersisa sedikit pun.”
          Zaid bin Sun’ah melanjutkan ceritanya, “Melihat hal itu, aku segera mendekati beliau dan berkata, “Wahai Muhammad (SAW), maukah engkau berhutang uang padaku, dan sebagai pembayarannya, berikan kepadaku kurma di kebun bani fulan sampai jangka waktu tertentu?” Rasulullah SAW menjawab, “Tidak, tidak perlu disebutkan kebun si fulan. Tetapi aku akan membayarnya padamu dengan kurma yang diketahui (jumlahnya) sampai batas waktu sekian, sekian. Dan aku tidak menyebut kebun kurma si fulan.” Aku pun setuju, “Baiklah.” Setelah disetujui, akupun mengeluarkan uang dari kantongku sebesar 80 mitsqal uang emas yang sama nilainya dengan kurma yang akan dijual padaku hingga batas waktu sekian, sekian. Lalu Rasulullah SAW memberikan uang itu kepada orang badawi tadi sambil berkata, “Bawalah uang ini untuk menolong mereka, dan bagikan kepada mereka secara adil! Zaid melanjutkan ceritanya, “Dua atau tiga hari sebelum jatuh tempo, Rasulullah SAW ditemani Abu Bakar, Umar, dan Utsman R.hum serta para sahabat lainnya keluar untuk menyalati jenazah. Selesai mengerjakan shalat jenazah, ketika beliau hendak bersandar di sebuah dinding, aku mendatangi beliau, lalu aku tarik dengan keras kerah baju dan sorban beliau sambil kupandangi beliau dengan penuh kemarahan. Aku katakan pada beliau, “Wahai Muhammad, kenapa engkau belum membayar utangmu kepadaku? Demi Allah, aku lihat semua keturunan Abdul Muthalib itu suka menunda-nunda pembayaran utang, dan hal itu telah aku ketahui sejak aku bergaul dengan kalian!” Pada saat itu aku melihat Umar, yang mana kedua matanya berputar-putar (pertanda kemarahan), lalu dia melihat padaku, dan berkata sambil marah, “Wahai musuh Allah, mengapa kamu berani bicara dan berbuat seperti itu kepada Rasulullah SAW? Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya aku tidak takut akan azab Allah, pasti sudah kupenggal kepalamu dengan pedangku ini!” Ketika itu Nabi SAW melihat padaku dengan tenang. Lalu beliau berkata kepada Umar, “Wahai Umar, bayarlah utangku kapadanya dan tambahkanlah 20 sha’ kurma sebagai ganti rugi atas ancamanmu tadi kepadanya!” Setelah itu Umar membayarkan utangku dengan tambahan sebesar 20 sha’ kurma. Lalu aku bertanya kepada Umar, “Wahai Umar, kenapa kamu memberi tambahan?” Umar RA menjawab, “Aku disuruh oleh Rasulullah SAW untuk memberikan tambahan kepadamu sebagai ganti rugi atas ancamanku tadi kepadamu.” Pada saat itu aku berkata kepada Umar, “Wahai Umar, apakah kamu mengetahui siapa diriku sebenarnya?” Umar RA menjawab, “Aku tidak tahu.” Lalu aku berkata, “Sesungguhnya aku adalah Zaid bin Sun’ah, seorang pendeta Yahudi.” Umar RA bertanya, “Megapa kamu berbuat sedemikian kasar pada Rasulullah SAW?” Aku menjawab, “Wahai Umar, ketika aku melihat beliau SAW, aku telah melihat semua tanda kenabian di wajahnya itu, tetapi ada dua hal yang belum aku buktikan kebenarannya, yakni kesabaran dan ketinggian budi pekerti beliau SAW. Sekarang setelah aku buktikan kedua sifat itu, maka saksikanlah wahai Umar bahwa aku masuk Islam dan saksikan pula bahwa setengah dari hartaku akan aku sedekahkan kepada kaum muslimin.” Setelah itu Umar dan Zaid kembali lagi ke majlis Rasulullah SAW. Pada saat itu Zaid langsung mengikrarkan syahadat. “Aku bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.” Diapun beriman pada beliau, membenarkan beliau, dan berbai’at pada beliau. Selanjutnya Zaid senantiasa ikut berperang bersama Rasulullah SAW dalam beberapa peperangan dan akhirnya beliau gugur syahid pada waktu perang Tabuk ketika menuju ke Madinah. – Semoga Allah merahmati Zaid.”
          (Berkata al-Haitsami dalam kitabnya jilid VIII halaman 240, hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dan semua sanadnya adalah tsiqat/bisa dipercaya, juga oleh Ibnu Majah. Ibnu Hibban, Hakim, dan Abu Syaikh meriwayatkannya dalam kitab Akhlaqun Nabi, juga para perawi lainnya seperti terdapat dalam kitab al-Ishaabah jilid I halaman 556, dan katanya, “Seluruh sanadnya adalah bisa dipercaya.” Dan diriwayatkan  pula oleh Abu Nu’aim dalam kitab Dalaa’ilun Nubuwwah halaman 23)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar