Senin, 06 April 2015

UMAR BIN KHATHAB RA. MASUK ISLAM


UMAR BIN KHATHAB RA. MASUK ISLAM
(Umar  Keluar dengan Pedang di Lehernya
 Ingin Membunuh Nabi SAW)

          Dari Anas RA menceritakan, “Pada suatu hari Umar RA keluar dari rumahnya sambil menggantungkan pedang di lehernya. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan seseorang dari Bani Zuhrah, lalu bertanya, “Hai Umar mau kemana kamu?” Umar menjawab, “Aku akan membunuh Muhammad (SAW).” Orang itu berkata, “Apabila kamu membunuh Muhammad (SAW), apakah Bani Hasyim dan Bani Zuhrah akan membiarkan kamu?” Umar berkata kepadanya, “Menurutku kamu juga telah murtad dan meninggalkan agamamu yang dulu.” Dia berkata “Maukah aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang lebih mengherankan lagi?” Umar bertanya, “Apakah itu?” Dia menjawab, “Saudara perempuanmu dan iparmu juga telah memeluk Islam dan meninggalkan agamamu.” Mendengar hal ini, kemarahan Umar semakin memuncak. Dia pergi menuju rumah saudara perempuannya ketika sampai di sana didapatinya Khabbab RA sedang duduk. Ketika Khabbab mengetahui kedatangan Umar, maka dia bersembunyi ke dalam rumah. Ketika Umar memasuki rumah dia langsung berkata, “Suara apa tadi yang saya dengar?” Keduanya menjawab, “Tadi kami sedang bercakap-cakap.” Padahal sebenarnya tadi mereka sedang membaca surat Thaahaa. Umar berkata, “Saya dengar bahwa kamu berdua telah masuk Islam.” Iparnya menjawab, “Wahai Umar! Bagaimana pendapatmu apabila agamamu tidak benar?” Mendengar hal ini Umar langsung menyerang iparnya sehingga menyebabkan dia jatuh. Pada saat itu saudara perempuannya datang untuk meyelamatkan suaminya yang sedang dihajar oleh Umar. Dia menghalangi Umar sehingga Umar menampar muka saudara perempuannya itu sampai berdarah. Dalam keadaan marah saudara perempuan Umar juga berkata, “Wahai Umar, agamamu itu tidak benar!” Lalu dengan suara keras dia berkata “Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” Ketika keadaan Umar telah dingin kembali maka dia berkata, “Berikan lembaran-lembaran yang ada padamu itu supaya dapat saya baca.” Saudara perempuannya menjawab, “Kamu masih najis, hanya orang yang dalam keadaan suci yang dapat memegang lembaran ini. Pergilah kamu untuk mandi atau berwudhu.” Lalu Umar berdiri untuk berwudhu. Kemudian lembaran tersebut diambil oleh Umar dan dia membaca surat Thaahaa. Ketika sampai pada suatu ayat yang berbunyi:
ûÓÍ_¯RÎ) $tRr& ª!$# Iw tm»s9Î) HwÎ) O$tRr& ÎTôç6ôã$$sù ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ü̍ò2Ï%Î! ÇÊÍÈ
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Thaahaa, 20 : 14)
          Umar berkata, “ Beritahukan kepadaku di mana Muhammad (SAW)?” Ketika Khabbab RA mendengar ucapan Umar maka dia keluar dari tempat persembunyiannya dan berkata, “Wahai Umar bergembiralah! Karena pada malam Jum’at Nabi SAW telah berdo’a, “Ya Allah! Muliakanlah Islam dengan Umar bin Khattab atau Amr bin Hisyam (Abu Jahal)! Saya berharap semoga do’a tersebut terkabul untukmu.” Pada waktu itu beliau SAW berdo’a ketika sedang berada di suatu rumah dekat bukit Shafa. Dari sana Umar berjalan menuju rumah tempat persembunyian Nabi SAW. Pada waktu itu di depan pintu rumah terdapat Hamzah, Thalhah dan beberapa orang sahabat lainnya. Ketika Hamzah melihat para sahabat yang lain ketakutan dengan datangnya Umar maka dia berkata, “Kalau kedatangan Umar ini untuk kebaikan dan dia akan masuk Islam, maka akan kita sambut dengan baik; tapi kalau kedatangannya untuk maksud jahat, maka ada jalan bagi kita untuk membunuhnya.” Pada waktu itu Rasulullah SAW sedang berada di dalam rumah, dan wahyu turun kepada beliau. Setelah itu Nabi SAW keluar menemui Umar dan beliau SAW langsung memegang baju dan pedang Umar sambil berkata, “Tidakkah kamu mau berhenti untuk memusuhiku sebelum kamu mendapat kehinaan dan azab dari Allah SAW seperti yang telah turun pada Walid bin Mughirah?” Lalu Nabi SAW berdo’a, “Ya Allah! Muliakanlah Islam dengan Umar bin Khattab.” Umar RA menjawab, “Saya bersaksi bahwa engkau benar-benar utusan Allah.” Umar pun langsung masuk Islam saat itu juga, lalu berkata, “Wahai Rasulullah! Sekarang tuan dipersilahkan keluar untuk mengerjakan shalat di Masjidil Haram.” (HR. Ibnu Sa’ad dalam kitabnya jilid III halaman 191 dan juga dalam kitab al-‘Aini jilid VIII halaman 68)
          Tsauban RA berkata bahwa Rasulullah SAW berdo’a, “Ya Allah! Muliakanlah Islam dengan Umar bin Khattab.” Pada permulaan malam itu saudara perempuan Umar sedang membaca surat al ‘Alaq, lalu Umar memukulnya sampai dia mengira bahwa saudaranya itu telah mati. Ketika tengah malam, dia bangun dan mendengar lagi saudara perempuannya sedang membaca kembali surat al ‘Alaq. Ketika mendengar bunyi surat itu, maka dia berkata dalam hatinya, “Demi Allah! Bacaan ini bukanlah puisi dan bukan pula sejenis mantra sihir.” Keesokan harinya, Umar mendatangi rumah tempat persembunyian Nabi SAW. Di depan pintu, Umar bertemu dengan Bilal RA. Ketika Umar mengetuk pintu, Bilal bertanya, “Siapa ini?” Dia menjawab, “Saya adalah Umar bin Khattab.” Bilal menjawab, “Saya tidak akan membukanya sebelum saya meminta izin terlebih dahulu kepada Rasulullah SAW.” Bilal berkata kepada Nabi SAW, “Ya Rasulullah! Umar meminta izin untuk masuk.” Nabi SAW menjawab, “Bukalah! Apabila Umar datang dengan maksud baik, semoga Allah memberinya hidayah.” Rasulullah SAW keluar dan beliau SAW langsung memegang baju Umar dan menariknya dengan keras sambil berkata, “Apakah maksud kedatanganmu?” Umar menjawab, “Ajarkanlah kepada saya apa yang engkau ajarkan kepada orang-orang.” Nabi SAW bersabda, “Hendaklah kamu bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya.” Kemudian di tempat itu juga Umar menyatakan ke-Islamannya.” Lalu berkata, “Ya Rasulullah! Mari kita pergi keluar.” (HR. Thabrani dalam kitab al-Haitsami jilid IX halaman 62)
          Budak Umar yang bernama Aslam berkata, “Umar bin Khattab pernah bercerita kepadanya, “Apakah kamu mau mendengarkan kisah keislamanku?” Kami menjawab, “Ya, kami mau.” Umar berkata, “Saya adalah seseorang yang paling membenci Rasulullah SAW, pada suatu hari yang amat panas sekali, seseorang bertanya kepada saya, “Hendak pergi kemanakah engkau, wahai Umar?” Saya menjawab, “Saya hendak membunuh Muhammad (SAW)!” Orang itu menjawab, “Apakah pantas kamu membunuh Muhammad (SAW), sedangkan agama beliau bawa telah masuk kepada keluargamu sendiri.” Saya bertanya, “Apakah benar apa yang kamu katakan? Siapakah di antara anggota keluargaku yang telah menganut agama Muhammad (SAW)?” Orang itu menjawab, “Saudara perempuanmu telah pergi ke tempat Muhammad (SAW)!” Kemudian degan terburu-buru saya pergi ke rumah dan saya ketuk pintu dengan keras. Kebiasaan Nabi SAW. Pada waktu itu, apabila ada seseorang yang miskin papa masuk Islam, maka ia ditampung oleh satu atau dua orang yang mampu untuk menafkahinya. Pada saat itu iparnya sedang menampung dua orang sahabat nabi yang tidak mampu. Ketika saya mengetuk pintu, saya mendengar jawaban dari dalam, “Siapa itu?” Saya menjawab, “ Umar bin Khattab.” Pada saat itu mereka sedang membaca lembaran-lembaran al-Qur’an. Ketika mendengar suara saya, mereka langsung bersembunyi dan meninggalkan lembaran-lembaran Qur’an tersebut. Ketika saudara perempuan saya membuka pintu, saya langsung bertanya, “Wahai musuhku! Apakah kamu masuk Islam?” Kemudian saya memukul saudariku itu sampai terluka. Dia pun menangis kesakitan. Kemudian saudariku berkata, “Lakukanlah sesukamu! Memang benar, saya telah masuk Islam.” Saya pun masuk ke dalam dan duduk di atas bangku, lalu saya melihat ada lembaran-lembaran yang berserakan. Saya bertanya, “Lembaran-lembaran apakah ini?” Maka saudara perempuanku menjawab, “Wahai Umar, menjauhlah kamu dari lembaran itu, karena kamu belum mandi wajib dan belum suci. Hanya orang-orang yang dalam keadaan suci yang dapat menyentuhnya.” Tetapi saya terus memintanya, sehingga dia rela memberikan lembaran tersebut. Selanjutnya diceritakan kisah keislaman Umar secara panjang lebar sebagaimana yang terdapat dalam musnad al Bazzar. (HR. al Bazzar dalam kitab al-Haitsami jilid IX halaman 64)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar