NABI SAW DITAWARI HARTA,
TAHTA, DAN WANITA
Untuk itu marilah kita tarik ke belakang, di
awal masa kenabian, dimana Nabi SAW ditawari 3 hal oleh penentang-penentangnya,
tokoh & masyarakat Mekkah di awal masa kenabian (Bukhori, Thabrani,
Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah, Al Hakim, Abu Nu’aim dll). Selengkapnya
diperlihatkan pada riwayat berikut ini :
Diriwayatkan oleh Thabarani dan Bukhari
dalam kitab at-Tarikh dari Aqil bin Abu Thalib, katanya : Para pemuka
Quraisy menemui Abu Thalib. Kemudian diriwayatkan hadits sebagaimana yang
disebutkan dalam bab “Menanggung Penderitaan” yang disebutkan didalamnya bahwa
Abu Thalib berkata kepada Rasulullah saw., “Demi Allah, wahai keponakanku, aku
tahu bahwa engkau orang yang sangat kupatuhi. Kaummu telah menemuiku dan
menuduh bahwa engkau telah mendatangi mereka di Ka’bah di hadapan khalayak
ramai dan engkau telah mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati mereka.
Jika engkau berpendapat bahwa lebih baik engkau membiarkan mereka dengan
keadaan mereka, maka lakukanlah”.
Kemudian Rasulullah saw. menengadahkan
kepalanya ke langit dan bersabda, “Demi Allah, aku tidak berusaha untuk
meninggalkan apa yang telah diamanahkan, walaupun salah seorang dari kalian
membakarku dengan api dari cahaya matahari ini.”
Di dalam riwayat oleh Baihaqi dikatakan
bahwa Abu Thalib berkata kepada Nabi saw., “Wahai keponakanku, sesungguhnya
kaummu telah datang menemuiku dan mereka berkata ini dan itu, maka kasihanilah
dirimu dan diriku dan jangan membebaniku dengan urusan yang tidak mampu dipikul
olehku dan olehmu. Maka jauhilah mereka dari perkataan yang dapat menyakiti
mereka.”
Kata-kata itu telah membuat Rasulullah saw.
mengira bahwa pamannya akan meninggalkannya, tidak memberi perlindungan lagi
dalam menjalankan usaha dakwah, rela menyerahkannya, dan tidak mampu lagi untuk
berdiri di pihaknya. Rasulullah saw. bersabda, “Wahai paman, seandainya
matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, sekali-kali
aku tidak akan meninggalkan usaha dakwah ini hingga Allah memenangkannya atau
aku binasa dalam perjuangan itu.”
Kemudian berlinanganlah air mata Rasulullah
saw. karena menangis. Setelah itu perawi meriwayatkan hadits sebagaimana yang
akan disebutkan nanti. Dikeluarkan oleh Abd bin Huamid di dalam kitab musnadnya,
dari Ibnu Abi Syaibah dengan sanadnya, dari Jabir bin Abdullah ra. katanya :
Pada suatu hari kaum Quraisy berkumpul dan mereka berkata, “Carilah seorang di
antara kalian yang paling tahu tentang sihir, nujum dan syair, kemudian
temuilah lelaki ini (Rasulullah saw.) yang telah memecah belah persatuan kita,
mencerai beraikan urusan kita, dan mencaci maki agama kita. Lalu biarkan dia
mengajak Muhammad bicara dan memperhatikan apa jawaban Muhammad kepadanya.
”Mereka berkata, “Kami tidak mengetahui seorang pun yang lebih pandai dalam
urusan ini selain Utbah bin Rabiah.”Mereka berkata lagi, “Pergilah, hai Abu al
Walid (Utbah).”Utbah pun pergi menemui Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai
Muhammad, apakah engkau lebih baik dari Abdullah?” Rasulullah saw. hanya terdiam
mendengar pertanyaan itu. Utbah bertanya lagi, “Apakah engkau lebih baik dari
Abdul Muththalib?” Tak sepatah kata pun keluar dari mulut Rasulullah saw. Utbah
berkata : ”Jika engkau mengakui bahwa mereka lebih baik daripadamu, ketahuilah
bahwa mereka telah menyembah tuhan-tuhan (berhala) yang telah engkau caci maki
itu. Dan jika engkau mengaku lebih baik daripada mereka, maka berbicaralah
sehingga kami mendengar perkataanmu. Demi Allah, sesungguhnya tidaklah kami
melihat seorang anak yang disayangi oleh kedua orang tuanya dan kaumnya, yang
lebih mendatangkan kesialan kepada kaumnya daripada kamu. Sesungguhnya engkau
telah memecah belah persatuan dan mencerai beraikan urusan kami, mencaci maki
agama kami dan mempermalukan kami di kalangan bangsa Arab sehingga tersebar
kabar kepada mereka bahwa ada seorang tukang sihir dan ahli nujum di antara
kaum Quraisy. Demi Allah, kami tidak menantikan kecuali suara yang sangat keras
di saat musibah, di mana sebagian kami berdiri di hadapan sebagian lainnya
dengan membawa pedang sampai kami saling membinasakan. Hai Muhammad, jika kau
mempunyai keinginan, kami akan mengumpulkan untukmu segala kekayaan sehingga
kamu akan menjadi orang yang terkaya di antara kaum Quraisy. Jika kamu ingin menikah, pilihlah sepuluh
wanita yang paling kamu sukai dan kami akan menikahkanmu. ”Rasulullah
saw. bersabda, “Sudah selesaikah pembicaraanmu?” “Ya,” jawab Utbah.Rasulullah
saw. bersabda lagi, “Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang …”
setelah mengucapkan basmalah, Rasulullah saw. membaca ayat di bawah ini :“Haa
Miim. Diturunkan dari Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang
dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang
mengetahui, Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi
kebanyakan mereka berpaling (daripadanya), maka mereka tidak (mau)
mendengarkan. Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi)
apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan, dan antara
kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja
(pula).” Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa. Maka
tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan(-Nya), (yaitu)
orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya
(kehidupan) akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang shalih, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya”. Katakanlah:
“Sesungguhnya pantaskah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa
dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan
semesta alam”. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan
langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi:
“Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”.
Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. Kemudian Dia menjadikannya
dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami
hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui. Jika mereka berpaling, katakanlah: “Aku telah
memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan
Tsamud”. (QS. Fushshilat : 1-13)
Utbah pun berkata : “Hentikan! Apakah kau
tidak mempunyai syair selain itu?” “Tidak,” Rasulullah saw. menyahut. Utbah bergegas
kembali kepada kaum Quraisy. Mereka bertanya : “Apa yang telah terjadi?” Utbah
menjawab : “Apa yang kalian perintahkan untuk disampaikan telah kusampaikan
semuanya tanpa ada satu pun yang ketinggalan. ”Mereka bertanya : “Apakah dia
menjawab semua pertanyaanmu?” “Ya,” jawab Utbah. Dia melanjutkan : “Tidak, demi
Dzat Yang telah menegakkan Ka’bah, aku tidak memahami perkataannya sedikitpun
kecuali dia mengancam kalian dengan petir sebagaimana yang telah ditimpakan
kepada kaum ‘Aad dan Tsamud. ”Mereka berkata : “Celakalah kamu! Lelaki itu
telah berbicara padamu dengan menggunakan bahasa Arab tetapi mengapa kau tidak
paham apa yang dikatakannya?”“Tidak!” jawab Utbah lagi, “Demi Allah, aku tidak
memahami kata-katanya kecuali ancaman petir itu.”
Diriwayatkan oleh Baihaqi dan yang lainnya
dari al Hakim dan ia menambahnya dengan perkataan : “Jika engkau menginginkan kekuasaan, maka kami akan mengikatkan
panji-panji kami untukmu dan engkau menjadi ketua kami seumur hidup.”
Dalam riwayat Baihaqi disebutkan bahwa
ketika Rasulullah saw. membaca : “Jika mereka berpaling, maka katakanlah, ‘Aku
telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad
dan kaum Tsamud.’”
Maka Utbah memegang mulut beliau dan meminta
beliau dengan hak kekerabatan agar beliau berhenti. Utbah tidak keluar menemui
keluarganya bahkan menjauhkan diri dari mereka. Maka Abu Jahal berkata : “Demi
Allah, wahai kaum Quraisy! Kami tidak berpendapat mengenai diri Utbah selain ia
telah cenderung mengikuti Muhammad, dan makanan Muhammad telah membuatnya
senang dan ridha. Hal itu tidak terjadi melainkan karena kemiskinan yang
menimpanya. Marilah ikut kami untuk menemuinya.”
Mereka pun mendatangi Utbah lalu Abu Jahal
berkata : “Demi Allah, wahai Utbah, kami tidak datang kecuali karena engkau
mulai simpati kepada Muhammad dan urusannya telah membuatmu senang dan ridha.
Jika engkau mempunyai suatu kebutuhan, maka kami akan mengumpulkan harta kami
untukmu yang lebih mencukupi daripada makanan Muhammad itu.”
Maka Utbah sangat marah dan bersumpah dengan
nama Allah untuk tidak berbicara dengan Muhammad selamanya.
Utbah berkata : “Sesungguhnya kalian
mengetahui bahwa aku adalah salah satu orang yang terkaya di kalangan kaum
Quraisy, tetapi aku datang menemuinya” – Utbah menceritakan kepada mereka semua
yang telah terjadi – “Dia telah menjawab pertanyaanku dengan sesuatu yang
bukanlah sihir atau syair, dan bukan juga mantera. Dia membaca Bismillaahir
Rahmaanir Rahiim … (QS. Fushshilat ayat 1-13). Maka aku tutup mulutnya dan
memintanya dengan hak kekerabatan agar ia berhenti. Dan sesungguhnya kamu
sekalian mengetahui bahwa jika Muhammad berkata-kata, ia tidak pernah berdusta;
maka aku takut seandainya adzab turun kepada kalian.”
Demikian tersebut dalam kitab Al Bidaayah
(3/26). Abu Ya’la meriwayatkan hadits ini dari Jabir ra. seperti hadits
Abd bin Humaid. Abu Nu’aim menyebutkannya dalam kitab ad Dalail (hal.
75) semisal itu, dan al Haitsami berkata (juz 6, hal. 20) : Dalam sanadnya
terdapat al Ajlah al Kindi. Dia dikuatkan oleh Ibnu Ma’in dan lainnya, tetapi
an Nasa’i dan lainnya mendhaifkannya. Sedang rawi-rawi lainnya kuat (dapat
dipercaya).
Ibnu Umar ra berkata bahwa orang-orang
Quraisy telah berkumpul utuk membicarakan perihal Rasulullah saw, sedangkan
ketika itu Rasulullah saw sedang berada di masjid. Maka Utbah bin Rabi’ah
berkata kepada orang-orang Quraisy, “Izinkanlah aku untuk menemui Muhammad
supaya aku bisa berbicara denganya, karena aku lebih ramah berbicara daripada
kalian.” Lalu Utbah bangkit dari tempat duduknya dan segera menemui nabi saw
sambil berkata, “Wahai keponakanku, aku lihat engkau ini adalah seorang yang
paling dekat dengan kami dan yang paling mulia dihadapan kami, namun engkau
telah membawa suatu musibah kepada kaummu yang belum pernah dibawa sebelumnya
oleh seorangpun kepada kaumnya. Apabila
memang dengan sesuatu yang engkau bawa itu engkau mengharapkan harta kekayaan,
maka kami akan mengumpulkan harta kekayaan, maka kami akan mengumpulkan harta
kekayaan untukmu sehingga engkau akan menjadi orang terkaya diantara bangsa
Quraisy; apabila dengan sesuatu yang engkau bawa itu engkau berharap untuk
menjadi seseorang yang terpandang (tokoh) diantara kami, maka kami akan
menjadikanmu sebagai orang yang palng terpandang diantara kummu, dan kami tidak
akan memutuskan perkara tanpa engkau; seandainya engkau terkena pengaruh jin
yang tidak dapat disembuhkan olehmu sendiri, maka kami kan mengumpulkan biaya
untuk mengobatimu dari gangguan itu; dan apabila engkau ingin menjadi seorang
raja, maka kami akan menjadikanmu sebagai raja.” Rasulullah saw
menjawab, “Wahai Abu Walid apakah telah selesai pembicaraanmu?” “Ya”, jawabnya.
Maka Rasulullah saw langsung membacakan surat Haa miim sjdah (Fushllat) sampai
pada ayat sajdah (ayat ke 38), dan Nabi saw pun segera bersujud. Utbah hanya
duduk dengan dengan bersandar pada kedua tangannya sambil menyaksikan Beliau
menyelesaikan sujud tilawahnya. Lalu Utbahpun berdiri dan kembali pada kaumnya.
Ketika orang-orang Quraisy melhat kedatangan Utbah, merekapun satu sama lain
saling berkata, “Kenapa wajah orang ini berubah sedemikian rupa tidak seperti
sebelum dia pergi?” Setelah duduk, Utbah pun berkata, “Wahai orang-orang
Quraish, sesungguhnya aku telah mengatakan sema apa yang telah kita sepakati
kepada Muhammad. Namun setelah aku selesai mengatakan semuanya, dia menjawab
dengan memperdengarkan sesuatu yang selama ini belum pernah aku dengar, akupun
tidak tahu apa yang aku dengar itu. Wahai orang-orang Quraisy, percayalah
kalian kepadaku ari ini saja, besok kalian boleh tidak percaya, tinggalkanlah
dan biarkanlah dia! Karena Demi Allah dia tidak akan meninggalkan agamanya itu.
Biarkan dia sendiri berhadapan dengan suku-suku Arab lainnya dan melawan
mereka, karena apabila nanti dia bisa berhasil, maka kemuliannya itu juga
menjadi kemuliaan kita; tetapi apabila mereka dapat mengalahkannya, maka kalian
tidak perlu bersusah payah, karena dia telah terkalahkan oleh orang lain.
Setelah mendengar ucapannya itu, maka orang-orang Quraisy berkata, “Wahai Abu
Walid, sepertinya kamu juga telah terpengaruh oleh sihirnya.” (HR. Abu Nu’aim
dalam Dalaailun Nubuwwah hal. 76)
Kisah seperti ini juga telah disebutkan
dengan lengkap oleh Ibnu Ishaq seperti yang telah ditulis dalam kitab
al-Bidayah jilid III halaman 63. Baihaqi telah meriwayatkannya dari Ibnu Umar
r. Huma dengan singkat, dan Ibnu Katsir menebutkannya dalam
kitab al-Bidayah jilid III halaman 4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar