Senin, 06 April 2015

NABI SAW DITAWARI HARTA, TAHTA, DAN WANITA


NABI SAW DITAWARI HARTA, TAHTA, DAN WANITA

Untuk itu marilah kita tarik ke belakang, di awal masa kenabian, dimana Nabi SAW ditawari 3 hal oleh penentang-penentangnya, tokoh & masyarakat  Mekkah di awal masa kenabian (Bukhori, Thabrani, Baihaqi, Ibnu Abi Syaibah, Al Hakim, Abu Nu’aim dll). Selengkapnya diperlihatkan pada riwayat berikut ini :
Diriwayatkan oleh Thabarani dan Bukhari dalam kitab at-Tarikh dari Aqil bin Abu Thalib, katanya : Para pemuka Quraisy menemui Abu Thalib. Kemudian diriwayatkan hadits sebagaimana yang disebutkan dalam bab “Menanggung Penderitaan” yang disebutkan didalamnya bahwa Abu Thalib berkata kepada Rasulullah saw., “Demi Allah, wahai keponakanku, aku tahu bahwa engkau orang yang sangat kupatuhi. Kaummu telah menemuiku dan menuduh bahwa engkau telah mendatangi mereka di Ka’bah di hadapan khalayak ramai dan engkau telah mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati mereka. Jika engkau berpendapat bahwa lebih baik engkau membiarkan mereka dengan keadaan mereka, maka lakukanlah”.
Kemudian Rasulullah saw. menengadahkan kepalanya ke langit dan bersabda, “Demi Allah, aku tidak berusaha untuk meninggalkan apa yang telah diamanahkan, walaupun salah seorang dari kalian membakarku dengan api dari cahaya matahari ini.”
Di dalam riwayat oleh Baihaqi dikatakan bahwa Abu Thalib berkata kepada Nabi saw., “Wahai keponakanku, sesungguhnya kaummu telah datang menemuiku dan mereka berkata ini dan itu, maka kasihanilah dirimu dan diriku dan jangan membebaniku dengan urusan yang tidak mampu dipikul olehku dan olehmu. Maka jauhilah mereka dari perkataan yang dapat menyakiti mereka.”
Kata-kata itu telah membuat Rasulullah saw. mengira bahwa pamannya akan meninggalkannya, tidak memberi perlindungan lagi dalam menjalankan usaha dakwah, rela menyerahkannya, dan tidak mampu lagi untuk berdiri di pihaknya. Rasulullah saw. bersabda, “Wahai paman, seandainya matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, sekali-kali aku tidak akan meninggalkan usaha dakwah ini hingga Allah memenangkannya atau aku binasa dalam perjuangan itu.”
Kemudian berlinanganlah air mata Rasulullah saw. karena menangis. Setelah itu perawi meriwayatkan hadits sebagaimana yang akan disebutkan nanti. Dikeluarkan oleh Abd bin Huamid di dalam kitab musnadnya, dari Ibnu Abi Syaibah dengan sanadnya, dari Jabir bin Abdullah ra. katanya : Pada suatu hari kaum Quraisy berkumpul dan mereka berkata, “Carilah seorang di antara kalian yang paling tahu tentang sihir, nujum dan syair, kemudian temuilah lelaki ini (Rasulullah saw.) yang telah memecah belah persatuan kita, mencerai beraikan urusan kita, dan mencaci maki agama kita. Lalu biarkan dia mengajak Muhammad bicara dan memperhatikan apa jawaban Muhammad kepadanya. ”Mereka berkata, “Kami tidak mengetahui seorang pun yang lebih pandai dalam urusan ini selain Utbah bin Rabiah.”Mereka berkata lagi, “Pergilah, hai Abu al Walid (Utbah).”Utbah pun pergi menemui Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai Muhammad, apakah engkau lebih baik dari Abdullah?” Rasulullah saw. hanya terdiam mendengar pertanyaan itu. Utbah bertanya lagi, “Apakah engkau lebih baik dari Abdul Muththalib?” Tak sepatah kata pun keluar dari mulut Rasulullah saw. Utbah berkata : ”Jika engkau mengakui bahwa mereka lebih baik daripadamu, ketahuilah bahwa mereka telah menyembah tuhan-tuhan (berhala) yang telah engkau caci maki itu. Dan jika engkau mengaku lebih baik daripada mereka, maka berbicaralah sehingga kami mendengar perkataanmu. Demi Allah, sesungguhnya tidaklah kami melihat seorang anak yang disayangi oleh kedua orang tuanya dan kaumnya, yang lebih mendatangkan kesialan kepada kaumnya daripada kamu. Sesungguhnya engkau telah memecah belah persatuan dan mencerai beraikan urusan kami, mencaci maki agama kami dan mempermalukan kami di kalangan bangsa Arab sehingga tersebar kabar kepada mereka bahwa ada seorang tukang sihir dan ahli nujum di antara kaum Quraisy. Demi Allah, kami tidak menantikan kecuali suara yang sangat keras di saat musibah, di mana sebagian kami berdiri di hadapan sebagian lainnya dengan membawa pedang sampai kami saling membinasakan. Hai Muhammad, jika kau mempunyai keinginan, kami akan mengumpulkan untukmu segala kekayaan sehingga kamu akan menjadi orang yang terkaya di antara kaum Quraisy. Jika kamu ingin menikah, pilihlah sepuluh wanita yang paling kamu sukai dan kami akan menikahkanmu. ”Rasulullah saw. bersabda, “Sudah selesaikah pembicaraanmu?” “Ya,” jawab Utbah.Rasulullah saw. bersabda lagi, “Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang …” setelah mengucapkan basmalah, Rasulullah saw. membaca ayat di bawah ini :“Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya), maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: “Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan, dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula).” Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa. Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan(-Nya), (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya”. Katakanlah: “Sesungguhnya pantaskah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam”. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. Kemudian Dia menjadikannya dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Jika mereka berpaling, katakanlah: “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan Tsamud”. (QS. Fushshilat : 1-13)
Utbah pun berkata : “Hentikan! Apakah kau tidak mempunyai syair selain itu?” “Tidak,” Rasulullah saw. menyahut. Utbah bergegas kembali kepada kaum Quraisy. Mereka bertanya : “Apa yang telah terjadi?” Utbah menjawab : “Apa yang kalian perintahkan untuk disampaikan telah kusampaikan semuanya tanpa ada satu pun yang ketinggalan. ”Mereka bertanya : “Apakah dia menjawab semua pertanyaanmu?” “Ya,” jawab Utbah. Dia melanjutkan : “Tidak, demi Dzat Yang telah menegakkan Ka’bah, aku tidak memahami perkataannya sedikitpun kecuali dia mengancam kalian dengan petir sebagaimana yang telah ditimpakan kepada kaum ‘Aad dan Tsamud. ”Mereka berkata : “Celakalah kamu! Lelaki itu telah berbicara padamu dengan menggunakan bahasa Arab tetapi mengapa kau tidak paham apa yang dikatakannya?”“Tidak!” jawab Utbah lagi, “Demi Allah, aku tidak memahami kata-katanya kecuali ancaman petir itu.”
Diriwayatkan oleh Baihaqi dan yang lainnya dari al Hakim dan ia menambahnya dengan perkataan : “Jika engkau menginginkan kekuasaan, maka kami akan mengikatkan panji-panji kami untukmu dan engkau menjadi ketua kami seumur hidup.”
Dalam riwayat Baihaqi disebutkan bahwa ketika Rasulullah saw. membaca : “Jika mereka berpaling, maka katakanlah, ‘Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Aad dan kaum Tsamud.’”
Maka Utbah memegang mulut beliau dan meminta beliau dengan hak kekerabatan agar beliau berhenti. Utbah tidak keluar menemui keluarganya bahkan menjauhkan diri dari mereka. Maka Abu Jahal berkata : “Demi Allah, wahai kaum Quraisy! Kami tidak berpendapat mengenai diri Utbah selain ia telah cenderung mengikuti Muhammad, dan makanan Muhammad telah membuatnya senang dan ridha. Hal itu tidak terjadi melainkan karena kemiskinan yang menimpanya. Marilah ikut kami untuk menemuinya.”
Mereka pun mendatangi Utbah lalu Abu Jahal berkata : “Demi Allah, wahai Utbah, kami tidak datang kecuali karena engkau mulai simpati kepada Muhammad dan urusannya telah membuatmu senang dan ridha. Jika engkau mempunyai suatu kebutuhan, maka kami akan mengumpulkan harta kami untukmu yang lebih mencukupi daripada makanan Muhammad itu.”
Maka Utbah sangat marah dan bersumpah dengan nama Allah untuk tidak berbicara dengan Muhammad selamanya.
Utbah berkata : “Sesungguhnya kalian mengetahui bahwa aku adalah salah satu orang yang terkaya di kalangan kaum Quraisy, tetapi aku datang menemuinya” – Utbah menceritakan kepada mereka semua yang telah terjadi – “Dia telah menjawab pertanyaanku dengan sesuatu yang bukanlah sihir atau syair, dan bukan juga mantera. Dia membaca Bismillaahir Rahmaanir Rahiim … (QS. Fushshilat ayat 1-13). Maka aku tutup mulutnya dan memintanya dengan hak kekerabatan agar ia berhenti. Dan sesungguhnya kamu sekalian mengetahui bahwa jika Muhammad berkata-kata, ia tidak pernah berdusta; maka aku takut seandainya adzab turun kepada kalian.”
Demikian tersebut dalam kitab Al Bidaayah (3/26). Abu Ya’la meriwayatkan hadits ini dari Jabir  ra. seperti hadits Abd bin Humaid. Abu Nu’aim menyebutkannya dalam kitab ad Dalail (hal. 75) semisal itu, dan al Haitsami berkata (juz 6, hal. 20) : Dalam sanadnya terdapat al Ajlah al Kindi. Dia dikuatkan oleh Ibnu Ma’in dan lainnya, tetapi an Nasa’i dan lainnya mendhaifkannya. Sedang rawi-rawi lainnya kuat (dapat dipercaya).
Ibnu Umar ra berkata bahwa orang-orang Quraisy telah berkumpul utuk membicarakan perihal Rasulullah saw, sedangkan ketika itu Rasulullah saw sedang berada di masjid. Maka Utbah bin Rabi’ah berkata kepada orang-orang Quraisy, “Izinkanlah aku untuk menemui Muhammad supaya aku bisa berbicara denganya, karena aku lebih ramah berbicara daripada kalian.” Lalu Utbah bangkit dari tempat duduknya dan segera menemui nabi saw sambil berkata, “Wahai keponakanku, aku lihat engkau ini adalah seorang yang paling dekat dengan kami dan yang paling mulia dihadapan kami, namun engkau telah membawa suatu musibah kepada kaummu yang belum pernah dibawa sebelumnya oleh seorangpun kepada kaumnya. Apabila memang dengan sesuatu yang engkau bawa itu engkau mengharapkan harta kekayaan, maka kami akan mengumpulkan harta kekayaan, maka kami akan mengumpulkan harta kekayaan untukmu sehingga engkau akan menjadi orang terkaya diantara bangsa Quraisy; apabila dengan sesuatu yang engkau bawa itu engkau berharap untuk menjadi seseorang yang terpandang (tokoh) diantara kami, maka kami akan menjadikanmu sebagai orang yang palng terpandang diantara kummu, dan kami tidak akan memutuskan perkara tanpa engkau; seandainya engkau terkena pengaruh jin yang tidak dapat disembuhkan olehmu sendiri, maka kami kan mengumpulkan biaya untuk mengobatimu dari gangguan itu; dan apabila engkau ingin menjadi seorang raja, maka kami akan menjadikanmu sebagai raja.” Rasulullah saw menjawab, “Wahai Abu Walid apakah telah selesai pembicaraanmu?” “Ya”, jawabnya. Maka Rasulullah saw langsung membacakan surat Haa miim sjdah (Fushllat) sampai pada ayat sajdah (ayat ke 38), dan Nabi saw pun segera bersujud. Utbah hanya duduk dengan dengan bersandar pada kedua tangannya sambil menyaksikan Beliau menyelesaikan sujud tilawahnya. Lalu Utbahpun berdiri dan kembali pada kaumnya. Ketika orang-orang Quraisy melhat kedatangan Utbah, merekapun satu sama lain saling berkata, “Kenapa wajah orang ini berubah sedemikian rupa tidak seperti sebelum dia pergi?” Setelah duduk, Utbah pun berkata, “Wahai orang-orang Quraish, sesungguhnya aku telah mengatakan sema apa yang telah kita sepakati kepada Muhammad. Namun setelah aku selesai mengatakan semuanya, dia menjawab dengan memperdengarkan sesuatu yang selama ini belum pernah aku dengar, akupun tidak tahu apa yang aku dengar itu. Wahai orang-orang Quraisy, percayalah kalian kepadaku ari ini saja, besok kalian boleh tidak percaya, tinggalkanlah dan biarkanlah dia! Karena Demi Allah dia tidak akan meninggalkan agamanya itu. Biarkan dia sendiri berhadapan dengan suku-suku Arab lainnya dan melawan mereka, karena apabila nanti dia bisa berhasil, maka kemuliannya itu juga menjadi kemuliaan kita; tetapi apabila mereka dapat mengalahkannya, maka kalian tidak perlu bersusah payah, karena dia telah terkalahkan oleh orang lain. Setelah mendengar ucapannya itu, maka orang-orang Quraisy berkata, “Wahai Abu Walid, sepertinya kamu juga telah terpengaruh oleh sihirnya.” (HR. Abu Nu’aim dalam Dalaailun Nubuwwah hal. 76)
Kisah seperti ini juga telah disebutkan dengan lengkap oleh Ibnu Ishaq seperti yang telah ditulis dalam kitab al-Bidayah jilid III halaman 63. Baihaqi telah meriwayatkannya dari Ibnu Umar r. Huma dengan singkat, dan Ibnu Katsir menebutkannya  dalam   kitab  al-Bidayah  jilid  III  halaman 4.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar