RAYAUAN SANG PENGGODA
(Iblis mengerahkan segala cara untuk
menyesatkan Rahib Barsiso)
Agar lebih tekun dalam ibadahnya, maka
Rahib Barsiso tinggal di sebuah menara terpencil pada suatu bukit. Kerjanya
tidak ada selain dari waktu ke waktu kecuali sujud dan berpuasa. Kesenangan
duniawi seakan tidak dihiraukannya lagi.
Menyaksikan ketaatan Rahib itu, iblis geger. Mereka
mengadakan rapat untuk menghancurkan hamba Allah yang khusuk itu. Rahib Barsiso
harus disesatkan, itulah keputusan mereka.
Maka pada suatu hari pergilah salah satu iblis
dengan berpakaian jubah dan sorban. Mukanya bersih, jalannya nenunduk. Di
tangannya tidak lepas seuntai biji-biji tasbih yang senantiasa diputarnya
dengan komat-kamit.
Iblis berjubah itu datang ke tempat Rahib Barsiso.
Dengan sopan ia mengetuk pintu serta mengucapkan salam. Rahib Barsiso
tergopoh-gopoh menjaawab lalu membukakan pintu.
“Permisi,” kata iblis, “Saya sengaja datang hendak
belajar ibadah kepada tuan “
Dengan senang hati Rahib Barsiso mempersilahkan
laki-laki berjubah itu masuk. Mulai saat itu juga Rahib menuntun iblis yang
menyamar itu ke dalam untuk beribadah. Rahib Barsiso sangat gembira melihat
muridnya yang amat pandai dan sungguh-sungguh. Ibadahnya makin lama makin baik.
Bahkan hingga akhirnya melebihi ketaatan Rahib Barsiso sendiri.
Melihat hal ini Rahib itu heran, sampai dia malah
yang mencontoh caa-cara ibadah laki-laki muridnya tersebut. Rahib Barsiso
lantas berkata. “saya rasa, semenjak engkau belajar beberapa minggu yang lalu,
amal dan ilmumu sudah jauh melampau kemampuanku.”
“itu semata-mata karena bimbingan tuan.” Jawab iblis
merendahkan diri.
“Tapi saya ingin sekuat engkau dalam beribadah.”
“Ah, itu gampang, saya punya mantra serba guna,”
jawab iblis seraya mengajarkan bunyi mantra itu. “mantera ini juga bisa
menyembuhkan orang sakit.”
“Kalau begitu saya tidak mau, saya kuatir akan
membuat diri saya menjadi takabur dan pamrih.”
“Kalau sekedar tahu saja kan tidak apa-apa,” jawab
iblis mendesak.
Setelah itu, maka pergilah iblis. Sebelum berangkat,
diciumnya tangan Rahib Barsiso sambil menangis. Rahib itu mengantarkan higga ke
pintu. Begitu masuk kembali rahib tsb merasa sangat heran kenapa mantera yang
diajarkan oleh muridnya i itu sangat mudah dihafal. Ia tidak tahu bahwa lelaki
itu adalah iblis, dan setiap ajaran iblis sangat enak dan menguntungkan hawa
nafsu.
Sementara itu, dalam perjalanannya iblis menyebarkan
penyakit di kampong-kampung. Semua yang sakit disembuhkannya, kecuali satu atau
dua orang. Terhadap yang tidak sembuh ini, ia mengatakan satu-satunya tabib
yang dapat mengobati adalah Rahib Barsiso yang tinggal di menara terpencil itu.
Mereka bawa yang sakit itu ke sana, tapi rahib Barsiso menolak karena takut
mempengaruhi wataknya berubah jadi sombong dan senang dipuji.
Menemukan siasat liciknya gagal melulu,dasar iblis
bukannya putus asa. Ia datang ke ibukota kerajaan. Disebarkannya penyakit kudis
yang bernanah. Seluruh penduduk terjangkit, sampai kepada raja dan keluarganya.
Kembali iblis berlagak jadi tabib suci dan disembuhkannya semua orang tanpa
membayar. Akhirnya ia dipanggil ke istana. Raja dan para puteranya minta
diobati. Dengan kelihaiannya semua penghuni istana sembuh seperti sediakala,
tinggal puteri bungsu raja yang paling cantik dan paling dicintai. Sudah
beberapa hari diobati tapi kudisnya makin bernanah dan berbau busuk. Raja
sangat cemas dan iblis menyerah.
“Ampun paduka, saya tidak sanggup lagi,” kata iblis.
Raja sangat sedih, “Apakah puteri kesayanganku ini akan
menjadi korban?”
“Masih ada harapan paduka,” Raja tampak gembira.
Iblis meneruskan, “di sebuah menara terpencil pada suatu bukit tinggallah
seorang rahib bernama Barsiso. Dialah yang sanggup menyembuhkan penyakit tuan
puteri. Cuma dia orangnya berpendirian kuat, tidak mau menunjukkan
kesaktiannya.”
“ Jadi……,” desak raja kecewa, “kita harus pakai
siasat. Antarkan tuan puteri kesana, dan tinggalkan di kamarnya.”
Demi kepentingan puteri kecintaannya, raja menuruti
nasehat ini. Tuan puteri diantarkan ke tempat rahib Barsiso lalu dimasukkan ke
dalam kamarnya, meskipun orang alim itu menolak dengan keras. Setelah itu raja
dan para punggawa bertolak pulang.
Adapun rahib Barsiso sesudah gadis itu berada di
tempatnya merasa terganggu ibadahnya. Maka mau tidak mau terpaksa berbicara
dengan putri tersebut sambil berkata dengan muka cemberut, “Aku akan obati
kamu, tapi setelah itu kamu harus pergi segera.”
Puteri itu mengangguk. Rahib Barsiso lantas
membacakan mantera ajaran iblis itu. Heran. Begitu selesai, tuan puteri sembuh
kembali, bahkan kulitnya lebih mulus dan mukanya tambah cantik bukan kepalang. Rahib
barsiso tergetar hatinya menyaksikan tubuh putih sang putri yang tidak tertutup
rapat itu. Cepat-cepat ia melengos, tapi seketika
tuan puteri menjerit. “Tolong pijitkan saya supaya bisa berdiri. Badan saya
sakit sekali.”
Karena tuan puteri merengek-rengek, terpaksalah
rahib Barsiso menurut. Dipijatnya sekujur tubuh gadis cantik itu. Merasakan
daging yang lembut dan kulit yang begitu halus, tumbuh birahi yang menggelegak.
Apalagi iblis berbisik-bisik di hati orang alim itu. Puteri itu pun karena
seumur hidup belum pernah dijamah tangan laki-laki, merasakan kenikmatan hingga
meresap ke urat-urat syahwatnya. Akhirnya kedua makhluk yang berbeda kelamin
itu saling pijat memijat satu sama lain. Iblis makin mengobarkan birahi mereka
berdua. Maka tenggelamlah keduanya sampai berbuat zina. Rontoklah keimanan dan
keperawanan. Selamanya kesesatan adalah puncak kenikmatan bagi orang-orang
sesat. Juga atas diri kedua manusia tersebut. Perbuatan itu diulang-ulang
hingga kesudahannya tuan putrid hamil.
Tiba pada kenyataan ini rahib Barsiso ketakutan.
Bayang-bayang malu, hukuman rajam dan siksaan menghantuinya siang malam. Pada
saat-saat itulah iblis berjubah muncul lagi. rahib Barsiso cemberut saat
menyambut kedatangannya dengan marah-marah, “Karena kau berikan mantera itu
kepadaku , maka sekarang aku menjadi begini. Puteri Raja hamil karena
perbuatanku. Kaulah penyebabnya.”
“Jangan panik tuan. Saya bersedia menolong sebagai
balas budi,” jawab iblis tenang.
“Betul? Bagaimana kau bisa menolong?”
“Daripada tuan dapat malu dan dihukum oleh raja,
lebih baik tuan puteri kita bunuh saja.”
“Kurangajar!, itu dosa besar,” kutuk rahib Barsiso
dengan murka.
“Dosa bisa dihapus dengan tobat, tapi malu? Kita
bunuh saja dia, kalau raja menanyakan. Jawab saja tuan puteri melarikan diri.”
Karena tidak melihat jalan lain dan dibujuk
terus-menerus, akhirnya rahib Barsiso menurut. Tuan puteri dibunuh dan digotong
berdua lalu dikubur. Tidak beberapa lama kemudian raja mengirimkan utusan untuk
menjemput tuan puteri. Dengan suara meyakinkan rahib bercerita bahwa tuan
puteri kabur selagi diobati. Mendengar kabar tersebut. Raja amat murung, tapi
mau apa lagi? kejadian sudah begitu, dan Raja mengira rahib Barsiso tidak
bersalah sama sekali.
Suasana berkabung meliputi istana, namun kegembiraan
memenuhi hati rahib Barsiso. Ia merasa aman. Ketika itulah iblis muncul dan
mendatangi kedua putera raja dalam mimpi disaat tidur. Melalui mimpi itu
diungkapkan suatu rahasia besar, yakni tuan puteri dibunuh Rahib Barsiso
sesudah dihamilinya. Tempat jenazahnya dikubur juga diberitahu.
Pagi-pagi mereka bangun. Karena mimpi keduanya sama,
tergesa-gesa mereka meloncat ke punggung kuda dan berangkat ke tempat yang
ditunjukkan iblis itu. Sampai di sana mereka mendapati seonggok tanah yang
masih merah dan sepotong kain yang terjurai keluar. Kain itu memang sengaja
ditarik oleh si iblis pada waktu menguburkan tuan puteri.
Sambil marah bukan main mereka mendatangi Rahib
Barsiso dan menyeretnya ke ibukota tanpa ditanya lagi. yang seorang menggendong
jenazah adiknya. Melihat kejadian itu raja dengan murkanya memerintahkan agar
Rahib Barsiso dihukum picis sampai mati.
Di tiang salibnya Rahib Barsiso menangis tersedu. Ia
menangis bukan karena kesakitan tetapi ia menangis karena memyesal dan minta
ampunan kepada Tuhan. Menyaksikan hal itu iblis belum merasa puas. Kerjanya
akan sia-sia jika hamba yang disesatkannya itu bertobat juga menjelang mati.
Maka ia mendatangi rahib Barsiso di tempat kisosnya.
“Tuan, ijinkanlah saya menolong,” katanya.
“Rahib Barsiso menatap putus asa dan menjawab,
biarlah saya mati dalam tobat,”
“Tapi senangkah tuan jika tobat itu sia-sia?” tukas
iblis.
“Maksudmu?”
“Tidak mungkin dosa yang begitu besar diampuni
dengan taubat menjelang mati. Saya bisa melepaskan dan menyembuhkan tuan.
Sesudah itu tuan akan hidup dan berumur panjang. Dalam umur panjang itulah tuan
akan bertaubat dan beribadah dua kali lebih tekun daripada sebelumnya.”
“Kamu tidak bohong?” Tanya Rahib Barsiso yang mulai
tergiur.
“Saya kan tidak pernah bohong. Ucapkanlah tiga kata
pendek saja. Saya menyembah iblis. Nanti urusan akan beres.”
“Murtad, murtad. Itu kafir. Pergi kamu!.”
“Tuan jangan bodoh, hanya begitu saja, kemudian tuan
bisa hidup dua ratus tahun, pasti seluruh dosa akan diampuni oleh Tuhan.”
Rahib Barsiso termenung sebentar. Akhirnya ia menurut. Dengan
mulut gemetar ia berkata, “saya menyembah iblis.”
Maka tepat pada
detik itu pula iblis membisikkan sesuatu pada algojo, lalu algojo melemparkan
tombak tepat dileher Rahib Barsiso sampai mati. Tewaslah orang alim yang hidup
pada zaman bani Israil itu dengan dibebani dosa-dosa besar akibat rayuan sang
iblis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar