Selasa, 31 Maret 2015

Abu Bakar Ash-Shiddiiq RA. Mengirim Jaisy Usamah


 Abu Bakar Ash-Shiddiiq RA.
 Mengirim Jaisy Usamah

Pertama-tama yang dilakukan Abu BakarAsh-Shiddiiq setelah beliau dibai’at menjadi Khalifah adalah memberangkatkan pasukan Usamah bin Zaid yang dahulu pernah dipersiapkan Rasulullah SAW untuk berangkat berperang ke daerah Syam, namun pada waktu itu pasukan Usamah baru mengadakan persiapan di Jurf, kemudian Rasulullah SAW wafat. Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa Rasulullah SAW pernah mengangkat Usamah menjadi Panglima perang yang akan diberangkatkan ke daerah Syam, Nabi SAW bersabda kepada Usamah :
Pergilah kamu ke tempat terbunuhnya ayahmu, maka injaklah mereka dengan pasukan kuda. Sesungguhnya aku menyerahkan pimpinan pasukan ini kepadamu. Serbulah penduduk Ubna pada pagi hari dan bakarlah (hancurkanlah) mereka. Cepatlah berjalan agar kamu cepat mendapatkan berita-berita itu. Jika Allah memberi kemenangan kepadamu atas mereka, maka janganlah kamu berlama-lama tinggal bersama mereka. Bawalah bersamamu para penunjuk jalan dan dahulukanlah di depanmu mata-mata dan para penyelidik.
[Thabaqaat Ibnu Saad juz 2, hal. 190]
Perintah Nabi SAW tersebut maksudnya sebagai berikut :
1.        Usamah bin Zaid agar berangkat ke tempat ayahnya terbunuh dalam pertempuran di Mutah, yaitu diperbatasan Balqaadan Daarum (dua tempat yang termasuk daerah Palestina).
2.        Usamah harus dapat menginjakkan kaki kuda yang dikendarainya di tempat tersebut.
3.        Usamah supaya memimpin tentara yang beliau kerahkan ke tempat tersebut.
4.        Agar menyerang musuh (penduduk Ubna) pada waktu Shubuh dan menghancur-binasakan mereka.
5.        Usamah agar berjalan cepat dan tepat dalam segala tugas yang harus diselesaikan agar tidak didahului oleh musuh.
6.        Jika mendapat kemenangan, maka tidak boleh berlama-lama tinggal diantara musuh, cukup sebentar saja, kemudian kembali ke Madinah.
7.        Supaya membawa penunjuk jalan agar tidak terlalu lama dalam perjalanan. Demikian pula harus mengirim mata-mata dan penyelidik lebih dahulu agar jangan sampai dijebak musuh.

Ketika Rasulullah SAW sakit, pasukan Usamah masih berada di Jurf. Setelah Rasulullah SAW wafat, keadaan menjadi kacau-balau. Kemunafiqan mulai kelihatan di Madinah. Bahkan tidak sedikit dari sukusuku ‘Arab sekitar Madinah yang murtad keluar dari Islam. Ditambah lagi sebagian dari mereka tidak mau membayar zakat kepada Abu Bakar Ash- Shiddiq, dan ketika itu shalat Jum’at tidak lagi didirikan kecuali di Makkah dan Madinah. Tersebutlah sebuah kota yang bernama Juwats di Bahrain, kota ini termasuk kota yang pertama kali didirikan shalat Jum’at setelah situasi agak tenang dan orang-orang kembali kepada kebenaran. Diantara negeri yang tetap istiqamah di atas Islam adalah negeri Tsaqif di Thaif, mereka tidak lari dan tidak pula murtad. Ketika berbagai masalah besar ini terjadi, banyak yang mengusulkan kepada Abu Bakar agar menunda keberangkatan pasukan Usamah, karena ummat membutuhkan mereka untuk mengatasi masalah yang lebih penting. Dengan alas an bahwa pasukan yang disiapkan Nabi tersebut waktu itu dipersiapkan ketika negeri Islam Madinah dalam kondisi aman. Termasuk diantara orang-orang yang mengajukan usul tersebut adalah ‘Umar bin Khaththab RA, ia mengusulkan penundaan keberangkatan pasukan Usamah itu. Namun Abu

Bakar Ash-Shiddiq dengan tegas menolak saran tersebut. Beliau berpendapat harus tetap segera memberangkatkan pasukan Usamah. Sampai-sampai beliau bersumpah :

“Demi Allah, aku tidak akan melepas buhul yang telah diikat oleh Rasulullah SAW, walaupun burung menyambar kita dan seluruh binatang buas di sekitar Madinah menyerang kita, bahkan sekalipun anjing-anjing menyeret kaki-kaki Ummahaatul Mu’minin (istri-istri Rasulullah), aku akan tetap memberangkatkan pasukan Usamah. Dan aku akan memerintahkan agar orang-orang tetap berjaga di sekitar Madinah”. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 695]

Diriwayatkan dari ‘Aisyah, dia berkata :
“Ketika Rasulullah SAW wafat, orang-orang ‘Arab kembali murtad dan kemunafiqan tersebar di mana-mana. Demi Allah, sungguh beban berat menimpaku, seandainya menimpa gunung-gunung yang kokohpun niscaya akan hancur luluh. Dan para shahabat Muhammad SAW ibarat kambing yang kocar-kacir karena kehujanan di malam yang gelap-gulita dan dingin di tengah-tengah padang pasir yang dipenuhi binatang buas. Demi Allah, tidaklah mereka berselisih melainkan segala permasalahan itu berhasil diselesaikan oleh ayahku dengan cepat dan tepat”. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 696]
Kemudian ketika Abu Bakar bersiap-siap memberangkatkan pasukan Usamah, sebagian kaum Anshar berkata kepada ‘Umar, “Katakan kepadanya agar beliau mengganti dan tidak menunjuk Usamah sebagai pimpinan kita. Maka ‘Umar segera melaporkan hal itu kepada Abu Bakar, maka Abu Bakar menarik janggut ‘Umar dan berkata:

“Susah-payah ibumu melahirkanmu wahai Ibnul Khaththab, apakah aku akan mengangkat pimpinan selain pimpinan yang telah ditunjuk Rasulullah SAW ?”. Kemudian Abu Bakar segera bangkit dan berjalan menuju Jurf untuk memeriksa pasukan Usamah, lalu beliau memerintahkan agarpasukan diberangkatkan, sementara beliau mengantar dengan berjalan kaki bersama mereka. Waktu itu Usamah menaiki kendaraan sedangkan ‘Abdur Rahman bin ‘Auf memegang tali kekang unta Abu Bakar Ash-Shiddiq. Usamah berkata, “Wahai Khalifah Rasulullah, naiklah ke atas kendaraan ini, atau aku akan turun”. Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, engkau tidak boleh turun dan aku tidak akan naik”. Setelah itu Abu Bakar meminta
kepada Usamah agar ‘Umar bin Khathathab diperbolehkan untuk menemani beliau di Madinah (sebelumnya ‘Umar termasuk satu diantara anggota pasukan Usamah), maka Usamah pun mengabulkannya. Setelah peristiwani ‘Umar kalau bertemu dengan Usamah mengucapkan salam kepadanya,
“Assalaamu ‘alaika ayyuhal amiir”. [Al-Bidayah wan Nihayah juz 6, hal. 696] Sebagaimana kita ketahui bahwa ketika Rasulullah SAW menunjuk Usamah bin Zaid untuk memimpin pasukan, banyak orang yang heran dan tidak setuju karena Usamah bin Zaid masih muda, sedangkan pasukan yang dipimpinnya banyak orang-orang tua yang sudah berpengalaman. Setelah Nabi SAW mendengar yang demikian itu, beliaupun sangat marah. Beliau dalam keadaan sakit, dengan memakai ikat di kepala, beliau keluar dari rumah dengan wajah yang tampak marah sekali. Kemudian beliau naik mimbar dan berpidato. Setelah beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya,
lalu beliau bersabda :
Adapun sesudah itu, wahai segenap manusia, mengapa ada perkataanperkataan
yang sampai kepadaku dari antara kalian tentang penunjukanku kepada Usamah ? Jika kalian mencela tentang pengangkatanku kepada Usamah menjadi pimpinan pasukan, maka berarti kalian mencela tentang pengangkatanku terhadap ayahnya dahulu menjadi pimpinan pasukan.Demi Allah, jika ia (ayahnya) seorang yang pantas memimpin pasukan perang, maka sesungguhnya anaknyapun pantas pula menjadi pimpinan  sepeninggalnya. Sesungguhnya ia adalah salah seorang yang paling aku cintai. Dan sesungguhnya keduanya menjadi tempat persangkaan bagi setiap kebaikan, sebab itu nasehatilah yang baik kepadanya, karena dia adalah termasuk orang pilihan diantara kalian. [Thabaqaat Ibnu Saad juz 2, hal. 190]

Setelah Nabi SAW turun dari mimbar, lalu beliau masuk rumah. Setelah kaum muslimin mendengar pidato Nabi SAW tersebut, maka lenyaplah segala desas-desus yang tidak baik terhadap Usamah. Hal tersebut terjadi lagi ketika Abu Bakar akan memberangkatkan pasukan Usamah, ada lagi orang-orang yang tidak setuju dengan kepemimpinan Usamah, namun Abu Bakar tetap memberangkatkan pasukan Usamah.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar