Selasa, 31 Maret 2015

Abu Bakar Ash-Shiddiiq RA. Memerangi Orang-orang Arab tidak Membayar Zakat


 Abu Bakar Ash-Shiddiiq RA.
Memerangi Orang-orang Arab tidak  Membayar Zakat
Setelah Rasulullah SAW wafat dan AbuBakar Ash-Shiddiq menjadi Khalifah, maka berdatanganlah para utusan orang-orang ‘Arab ke Madinah, mezreka mengakui kewajiban shalat, namun mengingkari kewajiban zakat, dan ada pula yang enggan menyerahkannya kepada Abu Bakar Ashshiddiiq, dengan berdalih ayat :
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS. At-Taubah : 103]
Mereka berkata, “Kami tidak akan membayarkan zakat kami kecuali kepada orang yang do’anya menenteramkan hati kami”. Sebagian shahabat ada yang mengusulkan kepada Abu Bakar agar membiarkan orang yang tidak mau membayar zakat tersebut sambil berusaha melunakkan hati mereka hingga iman dalam dada mereka kembali kuat dan akhirnya kembali membayar zakat. Namun Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak menerima usulan itu, dan tetap bersikeras menumpas mereka. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 702]

Bukhari meriwayatkan sebagai berikut :
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Setelah Nabi SAW wafat dan Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, dan orang-orang bangsa ‘Arab kembali kafir, maka ‘Umar (bin Khaththab) berkata kepada Abu Bakar, “Hai Abu Bakar, mengapa engkau akan memerangi mereka ? padahal Rasulullah SA bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan “Laa ilaaha illallooh (tidak ada Tuhan selain Allah), maka barangsiapa telah mengucapkan Laa ilaaha illallooh, berarti dia telah menjaga hartanya dan dirinya dariku, melainkan dengan haknya, sedangkan urusannya terserah kepada Allah”. Maka Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, sungguh aku akan memerangi orang yang memisahkan antara shalat dan zakat, karena zakat adalah hak harta. Demi Allah, seandainya mereka enggan untuk menyerahkan anak unta yang dahulu mereka biasa menyerahkannya kepada Rasulullah SAW, pastilah akan kuperangi mereka
karenanya Lalu ‘Umar berkata, “Demi Allah, tidaklah yang demikian itu melainkan aku melihat bahwa Allah telah melapangkan hati Abu Bakar untuk memerangi mereka, dan aku mengerti bahwa itulah yang benar”. [HR. Bukhari juz  hal. 50]
Muslim juga meriwayatkan sebagai berikut : Dari Abu Hurairah, ia berkata : Setelah Rasulullah SAW wafat kemudian Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, dan orang-orang bangsa ‘Arab kembali kafir, maka ‘Umar (bin Khaththab) berkata kepada Abu Bakar,  “Mengapa engkau akan memerangi mereka ? padahal Rasulullah SAW bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan “La  ilaaha illallooh (tidak ada Tuhan selain Allah), maka barangsiapa telah mengucapkan Laa ilaaha illallooh, berarti dia telah menjaga hartanya dan dirinya dariku, melainkan dengan haknya,
sedangkan urusannya terserah kepada Allah”. Maka Abu Bakar menjawab,  “Demi Allah, sungguh aku akan memerangi orang yang memisahkan antara shalat dan zakat, karena zakat adalah hak harta. Demi Allah, seandainya mereka enggan untuk menyerahkan zakat kepadaku yang dahulu mereka biasa menyerahkannya kepada Rasulullah SAW, pastilah akan kuperangi mereka karenanya.. Lalu ‘Umar bin Khaththab berkata, “Demi Allah, tidaklah yang demikian itu melainkan aku melihat bahwa Allah ‘Azza wa Jalla telah melapangkan hati Abu Bakar untuk memerangi mereka, dan aku mengerti bahwa itulah yang benar”. [HR. Muslim juz 1, hal. 51]

Bukhari meriwayatkan bahwa agama Islam dibangun atas lima perkara  Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu didirikan atas lima perkara, : Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan, mendirikan shalat, membayar zakat, berhajji, dan puasa Ramadlan. [HR. Bukhari juz 1, hal. 8]

Al-Hafidh Ibnu ‘Asakir meriwayatkan dari Shalih bin Kaisan, dia berkata : Ketika kemurtadan terjadi, maka Abu Bakar berpidato di hadapan manusia. Setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya, dia berkata, “Segala puji bagi Allah, yang telah memberi petunjuk dan kecukupan, memberikan ni’mat- Nya dan memberi ke   \ kayaan, sesungguhnya Allah ketika mengutus Muhammad SAW, pada waktu itu dalam kondisi ilmu tercerai-berai, Islam dalam keadaan asing dan dimusuhi, tali agama tempat berpegang telah lapuk dan perjanjian mereka dengan Allah telah mereka lupakan, akhirnya mereka sesat. Adapun Ahli Kitab, maka Allah telah membenci mereka, Allah tidak memberikan kepada mereka kebaikan yang ada pada mereka, dan
tidak pula memalingkan mereka dari kejelekan yang ada pada mereka. Mereka telah merubah-rubah kitab suci mereka dan memasukkan perkara yang bukan isi Kitab ke dalamnya. Adapun bangsa ‘Arab, mereka merasa aman, mengira mendapat perlindungan Allah, padahal mereka tidak menyembah Allah dan tidak berdo’a kepada-Nya. Merekalah orang yang paling sulit kehidupannya, paling sesat agamanya, terombang-ambing dalam kebathilan, pindah ke sana kemari, hingga Allah menyatukan mereka dengan datangnya Nabi Muhammad SAW, dan Allah menjadikan mereka ummat yang pertengahan, Allah memenangkan mereka dengan para pengikutnya, dan Allah mengangkat mereka di atas seluruh bangsa. Akhirnya Allah mewafarkan Nabinya SAW, maka syaithan menyiapkan kendaraannya untuk menggiring
mereka, dan menginginkan agar mereka binasa. Allah berfirman (yang artinya) Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalikke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudlarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. [QS. Ali ‘Imraan : 144]
.Lalu Abu Bakar melanjutkan pidatonya : Sesungguhnya orang-orang ‘Arab di sekitar kalian menolak menyerahkan
zakat kambing dan unta mereka, yang selama ini mereka tidak pernah sebakhil hari ini, jika mereka mau kembali kepada kebenaran, berarti hari ini mereka menjadi orang yang paling zuhud dan tidak pernah kalian memegang agama sekuat hari ini, sebagaimana yang telah kalian rasakan keberkahan nabi kalian. Beliau telah menyerahkan urusan kalian kepada Allah Yang Maha Mencukupi, Yang mendapati diri beliau sebelumnya tersesat, kemudian Dia memberi beliau petunjuk, mendapati beliau dalam keadaan miskin, lalu Dia mencukupi beliau. Allah berfirman (yang artinya), “dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya sampai akhir ayat”.  [QS. Ali ‘Imraan : 103]
Kemudian Abu Bakar melanjutkan pidatonya Demi Allah, aku tidak akan m embiarkannya, akan kuperangi merekasebagaimana Allah telah memerintahkannya, hingga Dia memenuhi janji-Nya dan menyempurnakan bagi kita janji-Nya, sehingga ada diantara kita yang terbunuh mati syahid dan akan dimasukkan ke dalam surga, dan akan tersisa diantara kita orang-orang sebagai generasi penerus dan khalifah di muka bumi ini. Sesungguhnya ketentuan Allah adalah haq dan janji-Nya tidak akan Dia ingkari. Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi…sampai akhir ayat, [QS. An-Nuur :55]
Kemudian beliau turun dari mimbar. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 703]


Abu Bakar Ash-Shiddiiq RA. Mengirim Jaisy Usamah


 Abu Bakar Ash-Shiddiiq RA.
 Mengirim Jaisy Usamah

Pertama-tama yang dilakukan Abu BakarAsh-Shiddiiq setelah beliau dibai’at menjadi Khalifah adalah memberangkatkan pasukan Usamah bin Zaid yang dahulu pernah dipersiapkan Rasulullah SAW untuk berangkat berperang ke daerah Syam, namun pada waktu itu pasukan Usamah baru mengadakan persiapan di Jurf, kemudian Rasulullah SAW wafat. Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa Rasulullah SAW pernah mengangkat Usamah menjadi Panglima perang yang akan diberangkatkan ke daerah Syam, Nabi SAW bersabda kepada Usamah :
Pergilah kamu ke tempat terbunuhnya ayahmu, maka injaklah mereka dengan pasukan kuda. Sesungguhnya aku menyerahkan pimpinan pasukan ini kepadamu. Serbulah penduduk Ubna pada pagi hari dan bakarlah (hancurkanlah) mereka. Cepatlah berjalan agar kamu cepat mendapatkan berita-berita itu. Jika Allah memberi kemenangan kepadamu atas mereka, maka janganlah kamu berlama-lama tinggal bersama mereka. Bawalah bersamamu para penunjuk jalan dan dahulukanlah di depanmu mata-mata dan para penyelidik.
[Thabaqaat Ibnu Saad juz 2, hal. 190]
Perintah Nabi SAW tersebut maksudnya sebagai berikut :
1.        Usamah bin Zaid agar berangkat ke tempat ayahnya terbunuh dalam pertempuran di Mutah, yaitu diperbatasan Balqaadan Daarum (dua tempat yang termasuk daerah Palestina).
2.        Usamah harus dapat menginjakkan kaki kuda yang dikendarainya di tempat tersebut.
3.        Usamah supaya memimpin tentara yang beliau kerahkan ke tempat tersebut.
4.        Agar menyerang musuh (penduduk Ubna) pada waktu Shubuh dan menghancur-binasakan mereka.
5.        Usamah agar berjalan cepat dan tepat dalam segala tugas yang harus diselesaikan agar tidak didahului oleh musuh.
6.        Jika mendapat kemenangan, maka tidak boleh berlama-lama tinggal diantara musuh, cukup sebentar saja, kemudian kembali ke Madinah.
7.        Supaya membawa penunjuk jalan agar tidak terlalu lama dalam perjalanan. Demikian pula harus mengirim mata-mata dan penyelidik lebih dahulu agar jangan sampai dijebak musuh.

Ketika Rasulullah SAW sakit, pasukan Usamah masih berada di Jurf. Setelah Rasulullah SAW wafat, keadaan menjadi kacau-balau. Kemunafiqan mulai kelihatan di Madinah. Bahkan tidak sedikit dari sukusuku ‘Arab sekitar Madinah yang murtad keluar dari Islam. Ditambah lagi sebagian dari mereka tidak mau membayar zakat kepada Abu Bakar Ash- Shiddiq, dan ketika itu shalat Jum’at tidak lagi didirikan kecuali di Makkah dan Madinah. Tersebutlah sebuah kota yang bernama Juwats di Bahrain, kota ini termasuk kota yang pertama kali didirikan shalat Jum’at setelah situasi agak tenang dan orang-orang kembali kepada kebenaran. Diantara negeri yang tetap istiqamah di atas Islam adalah negeri Tsaqif di Thaif, mereka tidak lari dan tidak pula murtad. Ketika berbagai masalah besar ini terjadi, banyak yang mengusulkan kepada Abu Bakar agar menunda keberangkatan pasukan Usamah, karena ummat membutuhkan mereka untuk mengatasi masalah yang lebih penting. Dengan alas an bahwa pasukan yang disiapkan Nabi tersebut waktu itu dipersiapkan ketika negeri Islam Madinah dalam kondisi aman. Termasuk diantara orang-orang yang mengajukan usul tersebut adalah ‘Umar bin Khaththab RA, ia mengusulkan penundaan keberangkatan pasukan Usamah itu. Namun Abu

Bakar Ash-Shiddiq dengan tegas menolak saran tersebut. Beliau berpendapat harus tetap segera memberangkatkan pasukan Usamah. Sampai-sampai beliau bersumpah :

“Demi Allah, aku tidak akan melepas buhul yang telah diikat oleh Rasulullah SAW, walaupun burung menyambar kita dan seluruh binatang buas di sekitar Madinah menyerang kita, bahkan sekalipun anjing-anjing menyeret kaki-kaki Ummahaatul Mu’minin (istri-istri Rasulullah), aku akan tetap memberangkatkan pasukan Usamah. Dan aku akan memerintahkan agar orang-orang tetap berjaga di sekitar Madinah”. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 695]

Diriwayatkan dari ‘Aisyah, dia berkata :
“Ketika Rasulullah SAW wafat, orang-orang ‘Arab kembali murtad dan kemunafiqan tersebar di mana-mana. Demi Allah, sungguh beban berat menimpaku, seandainya menimpa gunung-gunung yang kokohpun niscaya akan hancur luluh. Dan para shahabat Muhammad SAW ibarat kambing yang kocar-kacir karena kehujanan di malam yang gelap-gulita dan dingin di tengah-tengah padang pasir yang dipenuhi binatang buas. Demi Allah, tidaklah mereka berselisih melainkan segala permasalahan itu berhasil diselesaikan oleh ayahku dengan cepat dan tepat”. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 696]
Kemudian ketika Abu Bakar bersiap-siap memberangkatkan pasukan Usamah, sebagian kaum Anshar berkata kepada ‘Umar, “Katakan kepadanya agar beliau mengganti dan tidak menunjuk Usamah sebagai pimpinan kita. Maka ‘Umar segera melaporkan hal itu kepada Abu Bakar, maka Abu Bakar menarik janggut ‘Umar dan berkata:

“Susah-payah ibumu melahirkanmu wahai Ibnul Khaththab, apakah aku akan mengangkat pimpinan selain pimpinan yang telah ditunjuk Rasulullah SAW ?”. Kemudian Abu Bakar segera bangkit dan berjalan menuju Jurf untuk memeriksa pasukan Usamah, lalu beliau memerintahkan agarpasukan diberangkatkan, sementara beliau mengantar dengan berjalan kaki bersama mereka. Waktu itu Usamah menaiki kendaraan sedangkan ‘Abdur Rahman bin ‘Auf memegang tali kekang unta Abu Bakar Ash-Shiddiq. Usamah berkata, “Wahai Khalifah Rasulullah, naiklah ke atas kendaraan ini, atau aku akan turun”. Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, engkau tidak boleh turun dan aku tidak akan naik”. Setelah itu Abu Bakar meminta
kepada Usamah agar ‘Umar bin Khathathab diperbolehkan untuk menemani beliau di Madinah (sebelumnya ‘Umar termasuk satu diantara anggota pasukan Usamah), maka Usamah pun mengabulkannya. Setelah peristiwani ‘Umar kalau bertemu dengan Usamah mengucapkan salam kepadanya,
“Assalaamu ‘alaika ayyuhal amiir”. [Al-Bidayah wan Nihayah juz 6, hal. 696] Sebagaimana kita ketahui bahwa ketika Rasulullah SAW menunjuk Usamah bin Zaid untuk memimpin pasukan, banyak orang yang heran dan tidak setuju karena Usamah bin Zaid masih muda, sedangkan pasukan yang dipimpinnya banyak orang-orang tua yang sudah berpengalaman. Setelah Nabi SAW mendengar yang demikian itu, beliaupun sangat marah. Beliau dalam keadaan sakit, dengan memakai ikat di kepala, beliau keluar dari rumah dengan wajah yang tampak marah sekali. Kemudian beliau naik mimbar dan berpidato. Setelah beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya,
lalu beliau bersabda :
Adapun sesudah itu, wahai segenap manusia, mengapa ada perkataanperkataan
yang sampai kepadaku dari antara kalian tentang penunjukanku kepada Usamah ? Jika kalian mencela tentang pengangkatanku kepada Usamah menjadi pimpinan pasukan, maka berarti kalian mencela tentang pengangkatanku terhadap ayahnya dahulu menjadi pimpinan pasukan.Demi Allah, jika ia (ayahnya) seorang yang pantas memimpin pasukan perang, maka sesungguhnya anaknyapun pantas pula menjadi pimpinan  sepeninggalnya. Sesungguhnya ia adalah salah seorang yang paling aku cintai. Dan sesungguhnya keduanya menjadi tempat persangkaan bagi setiap kebaikan, sebab itu nasehatilah yang baik kepadanya, karena dia adalah termasuk orang pilihan diantara kalian. [Thabaqaat Ibnu Saad juz 2, hal. 190]

Setelah Nabi SAW turun dari mimbar, lalu beliau masuk rumah. Setelah kaum muslimin mendengar pidato Nabi SAW tersebut, maka lenyaplah segala desas-desus yang tidak baik terhadap Usamah. Hal tersebut terjadi lagi ketika Abu Bakar akan memberangkatkan pasukan Usamah, ada lagi orang-orang yang tidak setuju dengan kepemimpinan Usamah, namun Abu Bakar tetap memberangkatkan pasukan Usamah.





















ABU BAKAR ASH-SHIDDIIQ RA. MASUK ISLAM


ABU BAKAR ASH-SHIDDIIQ RA. MASUK ISLAM

Abu Bakar adalah orang laki-laki yang pertama kali masuk Islam setelah mendapatkan da’wah Nabi SAW. Adapun Khadijah istri Nabi SAW adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan wanita. ‘Ali bin Abu Thalib adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anakanak. Dan Zaid bin Haritsah adalah orang yang pertamakali masuk Islam dari golongan budak.

Keislaman Abu Bakar banyak membawa berkah bagi kaum muslimin. Dengan da’wah beliau maka masuk Islam pula ‘Abdur Rahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, ‘Utsman bin ‘Affan, Zubair bin ‘Awwam dan Thalhah bin ‘Ubaidillah RA. Di awal keislamannya dia menginfaqkan hartanya di jalan Allah sebanyak 4.000 dirham, dia banyak memerdekakan budak yang disiksa tuannya karena keislamannya. Diantaranya adalah Bilal bin Rabah RA. Dia selalu mengikuti Rasulullah SAW selama di Makkah, dan dialah yang mengiringi Rasulullah SAW ketika hijrah ke Madinah dan dia yang menemani Rasulullah SAW ketika bersembunyi dalam gua Tsur dalam perjalanan hijrah, hingga sampai di kota Madinah. Dan dia selalu mengikuti perang bersama Rasulullah SAW, pada perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, ketika penaklukan kota Makkah, perang Hunain dan perang Tabuk.
Ibnu Sa’ad meriwayatkan dalam kitab Thabaqaatnya :

Dahulu Abu Bakar seorang pedagang yang terkenal, kemudian ketika Nabi SAW diutus (diangkat menjadi Nabi), Abu Bakar ketika itu mempunyai uang 4.000 dirham, lalu dengan uang itu dia memerdekakan budak dan untuk menguatkan kaum muslimin. Dan ketika tiba di Madinah, dia mempunyai uang 5.000 dirham, kemudian dengan uang itu ia perbuat sebagaimana ketika di Makkah. [Thabaqaat Ibnu Sa’ad juz 3, hal. 172] Abu Bakar adalah orang yang paling mudah menerima Islam.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Nabi SAW bersabda :
Tidak ada seorangpun yang aku ajak bicara tentang Islam (untuk masuk Islam) melainkan ia enggan dan membantah, kecuali Ibnu Abi Quhaafah (Abu Bakar), karena tidaklah aku mengatakannya sesuatu kepadanya melainkan ia pasti menerimanya dan betul-betul melaksanakannya. [Ahsanul Qashash juz 3, hal. 11]
Di dalam riwayat lain disebutkan :
Rasulullah SAW bersabda, “Apakah kalian akan meninggalkan shahabatku? Sesungguhnya aku pernah menyeru, “Hai para manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua. Lalu kalian mengatakan, “Kamu bohong”. Sedang Abu Bakar berkata, “Engkau benar”. [Ahsanul Qashash juz 3, hal. 11]
Ibnu Hisyam menyebutkan di dalam Tarikhnya, sebagai berikut :

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah aku mengajak masuk Islam kepada seseorang pun, melainkan ia pasti tidak segera menerimanya, masih pikirpikir dan ragu-ragu, melainkan Abu Bakar bin Abu Quhaafah, dia tidak perlu pikir-pikir dulu ketika aku mengajaknya masuk Islam, dan dia tanpa raguragu. [Ibnu Hisyam juz 2, hal. 91] Dan Abu Bakar selalu membela Nabi SAW sejak di Makkah.
Bukhari meriwayatkan sebagai berikut :
Dari 'Urwah bin Zubair, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada 'Abdullah bin 'Amr tentang perbuatan yang paling keras yang dilakukan kaum musyrikin kepada Rasulullah SAW. Maka dia menjawab; "Aku pernah melihat 'Uqbah bin Abu Mu'aith mendatangi Nabi SAW saat beliau sedang shalat, lalu dia meletakkan selendangnya pada leher beliau lalu dia mencekiknya dengan sekuat-kuatnya. Kemudian Abu Bakar datang lalu melepaskan Nabi SAW seraya berkata, "Apakah kalian akan membunuh seseorang karena dia mengatakan “Tuhan ku adalah Allah?”. Sungguh dia telah datang dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas dari
Tuhan kalian". [HR. Bukhari juz 4, hal. 197]
Abu Bakar adalah shahabat Nabi SAW yang rajin beribadah dan sangat
dermawan. Diriwayatkan dalam sebuah hadits sebagai berikut :
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah bertanya (kepada para shahabat), “Siapakah diantara kalian pada hari ini yang sejak pagi berpuasa ?” Abu Bakar menjawab, “Saya”. Rasulullah SAW bertanya lagi, “Siapakah diantara kalian pada hari ini yang sudah memberi makan orang miskin ?”, Abu Bakar menjawab, “Saya”. Rasulullah SAW bertanya lagi, “Siapakah diantara kalian yang hari ini sudah mengantarkan jenazah ?”. Abu Bakar menjawab, “Saya”. Rasulullah SAW bertanya lagi, “Siapakah diantara kalian pada hari ini yang sudah menjenguk orang sakit ?”. Abu Bakar menjawab, “Saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah perbuatan-perbuatan ini terkumpul pada seseorang melainkan dia akan masuk surga”. [HR. Ibnu Khuzaimah di dalam shahihnya, juz 3, hal. 304]

Dan Rasulullah SAW juga bersabda :
Sesungguhnya orang yang paling setia kepadaku dalam hal harta maupun berkawan adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil seorang kekasih, niscaya aku memilih Abu Bakar sebagai kekasihku. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam.”.
 [HR. Muslim juz 4, hal. 1854]

Nasab Abu Bakar Ash-Shiddiiq RA.


Nasab Abu Bakar Ash-Shiddiiq RA.

Ibnu Sa’ad menyebutkan dalam kitab Thabaqaat-nya, bahwa nasab Abu
Bakar Ash-Shiddiiq adalah sebagai berikut :
Abu Bakar Ash-Shiddiq namanya adalah ‘Abdullah bin Abu Quhaafah, (AbuQuhaafah) nama       aslinya adalah ‘Utsman bin ‘Aamir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah. Ibunya Abu Bakar adalah Ummul Khair, nama aslinya adalah Salma binti Shakhr bin ‘Aamir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah. [Thabaqaat Ibnu Sa’ad juz 3, hal. 169]